Orang-orang hebat di bidang apapun bukan baru bekerja karena mereka terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka lebih suka bekerja. Mereka tidak menyia-nyiakan waktu untuk menunggu inspirasi. ~ Ernest Newman

19 September 2011

KONSEP KEPRIBADIAN


BAB I
PENDAHULUAN
A.   LATAR BELAKANG
Setiap manusia, termasuk diri kita dikaruniai pribadi yang sangat unik, yang memiliki kelebihan dan kekurangan. Selain itu kita juga dikaruniai kemampuan untuk membangun pribadi sehingga kita dapai mengembangkan diri. Yang perlu kita kembangkan tentu saja adalah pribadi yang menyenangkan baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Pribadi yang menyenangkan sangat kita butuhkan untuk membangun langkah-langkah keberhasilan dalam hidup, baik itu keberhasilan dalam pekerjaan, bisnis, karier, maupun kekuarga. Sebaliknya, pribadi yang membosankan yang ”tidak dapat dikenal” orang lain, akan menghadapi kesulitan dalam mengembangkan diri. Termasuk hambatan dalam mengembangkan kesuksesan dalam setiap bidang kehidupan. Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain, selain membangun pribadi yang menyenangkan; menyenangkan bagi diri sendiri, juga bagi orang lain, terutama orang-orang terdekat, rekan kerja, atasan, klien dan orang-orang yang membutuhkan pertolongan kita
Sebenarnya kita telah dikaruniai benih-benih pribadi yang menyenangkan, namun mungkin kita lupa menggunakanya. Atau mungkin kita sengaja menutupnya dengan keangkuhan dan keegoisan. Mungkin juga rutinitas hidup yang padat dan berat tanpa sengaja ”menumpuk” pribadi kita yang menyenangkan ditempat yang jauh dari jangkauan kesadaran. Jadi, ada banyak penyebab baik disadari, maupun tidak disadari, yang turut andil mematikan pribadi kita yang menyenangkan itu.
Kepribadian yang baik merupakan kunci sukses diterima atau tidaknya kita dalam pergaulan, baik itu di rumah, kampus, kantor atau dimanapun. Coba saja kita perhatikan hanya mereka yang berkepribadian menariklah yang memiliki banyak teman dan sahabat. Orang-orang dengan kepribadian yang baik selalu dikelilingi oleh orang-orang yang peduli padanya. Memang kepribadian merupakan watak dasar atau karakter seseorang yang sudah terbentuk dalam dirinya. Karena itu kepribadian setiap orang jelas tidak sama. Namun bukan berarti kepribadian yang buruk tidak bisa dirubah. Jika selama ini kepribadian dinilai kurang baik, tidak ada salahnya kita mulai merubahnya dari sekarang. Bagaimanapun juga memperbaiki kepribadian bukanlah sesuatu yang merugikan. Justru sebaliknya, merubah hal menjadi baik adalah suatu jalan menuju kebenaran. Nah, kita tentu ingin menjadi pribadi yang disukai banyak orang. Apalagi kalau kita berada di lingkungan kerja yang menuntut anda selalu berinteraksi dengan orang lain.
B.   RUMUSAN MASALAH
1.        Apakah yang dimaksud dengan Kepribadian?
2.        Bagaimana sesungguhnya pribadi yang menyenangkan itu?
3.        Langkah-langkah apa saja yang harus diambil untuk membangun pribadi yang menyenangkan itu?
C.   TUJUAN PENULISAN
Untuk mengetahui kiat-kiat atau upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menjadi pribadi yang menyenangkan untuk diri sendiri dan juga orang lain, serta bagaimana kita memaknai pribadi kita dalam hidup ini.          
D.   METODE PENULISAN
Dalam penyelesaian paper ini, digunakan metode kepustakaan yaitu berdasarkan literatur buku dan data yang diperoleh dari internet. Semua dirangkum dan dianalisis sehingga dapat di uraikan jenis-jenis kepribadian yang dapat dibangun yang sesungguhnya telah ada dalam diri kita ini.



BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN
       A. Difinisi Kepribadian
       Menurut gordon Alport (1951) kepribadian atau personality didifinisikan sebagai suatu kesatuan organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam penyesuaian diri dengan atau terhadap lingkungannya.
Berbicara kepribadian kita harus membicarakan temperament, sifat, karakter, kebiasaan.
1.        Temperament adalah gejala karakteristik dari setiap emosi individu, termasuk juga mudah atau tidaknya terkena rangsangan emosi, kekuatan serta kecepatannya beraksi, kualitas kekuatan suasana hatinya dan gejala ini tergantung kepada faktor konstitusional dan terutama berasal dari keturunan.
2.        Sifat/trait adalah sistem neuropsikis yang digeneralisasikan dan diarahkan dengan kemampuan untuk menghadapi bermacam-macam perangsang secara sama, serta melalui membimbing tingkah laku adaptif dan ekspresif secara sama.
3.        Watak atau karakter lebih bersifat stabil, herediter atau bawaan dan bersifat normatif.
4.        Kebiasaan adalah sama dengan trait hanya perbedaan situasi yang dicocoki atau direspon yang terjelma dari kondisi itu.
B.       Tipologi Kepribadian
a.       Tipe Kepribadian
       Kontruksi ideal si pengamat dan seseorang dapat disesuaikan dengan type itu tetapi dengan konsekuensi diabaikan sifat-sifat khas individualnya. Perkembangan kepribadian dimulai masa remaja dengan ciri-ciri aktualisasinya dengan kematangan individu itu sendiri dan motivasi memang sudah dibawa pada masa kanak-kanak semata-mata kepribadian itu belum dimiliki. Anak dilengkapi dengan dorongan nafsu-nafsu dan reflek-reflek. Dari lahir anak sudah memiliki potensi dan sifat. Pada tahun pertama akhir, anak telah menunjukkan sifat yang khas itu.           
b.      Pembentukan Kepribadian
Membentuk kepribadian menurut Sigmmund Freud dimulai dai Id, Ego, Super Ego, karena Id adalah sumber dari motif yang paling dalam, sedangkan motivasi merupakan motor berprilaku seseorang yang akan mencerminkan kepribadiannya. Menurut Murray Ego adalah kenamaan kebudayaan dan nilai kesatuan yang mengatur tingkah lalu/aktifitas dan akan menunjukkan kepribadian seseorang. Murray penganut pembentukan kepribadian itu berdasarkan analisa motif yang tentunya tidak bisa terlepas dari alam kebutuhan seseorang.
c.       Perkembangan kepribadian
Anak 2-3 tahun belum begitu tertari pada nilai-nilai. Anak lahir memiliki dorongan- dorongan naluri dan reflek-reflek dan belum punya kepribadian. Usia 2,5 tahun belum mempunyai kepribadian, tetapi sudah terlihat perbedaan kualitas kepribadian meliputi; deferensiasi, integrasi, kematangan, imitasi, belajar dan pengembangan diri. Anak usia 5 tahun keatas mulai mempunyai kualitas kepribadian. Anak mulai mengenal nilai, berdasarkan faktor pertambahan usianya, berarti bertambah pula kematangannya, otomatis kepribadian semakin berkembang.
d.      Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap Kepribadian
Faktor sikap, bakat, kecakapan, minat dan perasaan (instrinsik faktor) sangat berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Juga kebutuhan dan motivasi serta tujuan seseorang berperilaku sangat menentukan kepribadian seseorang. Demikian pula dengan persepsi seseorang. Faktor ekstrinsik atau faktor yang datangnya dari luar seperti; sosialisasi seseorang (hubungan inter atau antar personal). Faktor budaya, nilai, ideologi, politik, dan Hankam akan pula berpengaruh terhadap kepribadian. Karena kepribadian seseorang itu berkembang dan dinamis maka dapat berubah atas pengaruh faktor belajar, pengalaman, instrospeksi dan tingkat energi dalam tubuh ( faktor Biologis).
e.       Aplikasi teori perkembangan kepribadian bagi perawat dan keperawatan
1.        Perawat dapat mengembangkan kepribadiannya sesuai profil pribadi perawat tanpa harus melalui pendidikan formal.
2.        Perawat dalam melaksanakan tugasnya dalam Asuhan Keperawatan sesuai dengan teori kepribadian, pembentukan kepribadian, perkembangan kepribadian, tipe dan jenis kepribadian.

       Menurut Hartman (2004), setiap orang memiliki kepribadian dasar. Kepribadian seseorang telah terbentuk sejak nafas pertama ditiupkan di dalam kandungan. Kepribadian seseorang memang dapat berkembang tetapi tidak akan keluar dari sifat-sifat inti atau dasarnya. Kepribadian adalah inti pikiran dan perasaan di dalam diri seseorang yang memberitahu bagaimana ia membawa diri. Kepribadian merupakan daftar respon berdasarkan nilai-nilai dan kepercayaan yang dipegang kuat. Kepribadian akan mengarahkan reaksi emosional seseorang disamping rasional terhadap setiap pengalaman hidup. Dengan kata lain, kepribadian adalah proses aktif didalam setiap hati dan pikiran seseorang yang menentukan bagaimana ia merasa, berpikir dan berperilaku.
       Taylor Hartman (2004) membagi tipe kepribadian menurut empat aspek dominan didalam alam; api, tanah, air dan udara. Atas dasar ini kemudian ia membedakan empat tipe kepribadian orang menurut kode warna, yaitu tipe kepribadian merah, biru, putih dan kuning. Kepribadian merah merepresentasikan sifat-sifat api memiliki semangat yang membara dalam kehidupan; kepribadian biru merepresentasikan sifat-sifat tanah kuat dan teguh dalam pendirian; kepribadian putih merepresentasikan sifat-sifat dasar air mengalir dan mengikuti arus; kepribadian kuning merepresentasikan sifat-sifat angin bertiup kesana kemari. Masing-masing tipe kepribadian memiliki keunikan sendiri yang merupakan gabungan antara kekuatan dan kelemahan.
       Kepribadian memang bersifat unik, sehingga tidak ada satu orangpun yang sama persis dengan orang yang lain, meski terlahir kembar satu telur. Memang ada jutaan variasi kepribadian, namun menurut Hartman (2004) kepribadian setiap orang dapat digolongkan menurut motif dasar, kebutuhan dan keinginan yang cenderung stabil sepanjang hayat. Di pandang dari sudut perbedaan motif dasar, kebutuhan dan keinginan maka setiap orang dapat digolongkan kedalam tipe kepribadian merah, biru, putih dan kuning. Penggolongan berdasarkan warna ini dengan maksud agar lebih mudah untuk diingat.
       Kepribadian merah menjalani hidup dengan penuh kekuatan. Merah sangat berkomitmen pada tujuan dan bertekad untuk menyelesaikan apapun yang disodorkan kehidupan di hadapannya. Kepribadian merah begitu penuh tekad dan produktif sehingga keintiman diabaikan atau disangkal sebagai bukan hal penting.
* Kehidupan adalah rangkaian komitmen bagi biru. Berkomitmen pada hubungan mungkin merupakan kekuatan biru yang terbesar. Biru senang bersama orang lain dan dengan sukarela mengorbankan keuntungan pribadi demi memiliki hubungan yang akrab. Biru memberi diri dengan murah hati dalam hubungan bernilai. Karena kesediaan untuk komit dalam hubungan, biru menjalin persahabatan mendalam yang seringkali berlangsung seumur hidup. Biru sangat bisa diandalkan dan memandang janji verbal sama mengikatnya seperti kontrak tertulis manapun, bangga akan kemampuan mempertahankan hubungan jangka panjang. Sifat mengagumkan ini memberi kredibilitas konsep bahwa biru biasanya menikmati hubungan yang jauh lebih kaya daripada tipe kepribadian manapun. Biru sepenuhnya setia pada orang. Biru tetap setia dalam masa senang dan susah. Ketika orang menyadari dalamnya komitmen biru, mudah dipahami mengapa cuaca baik dan buruk tidak banyak berdampak pada kesetiaan biru.
* Biru dan putih sama-sama mampu sangat komit pada satu sama lain. Biru dan putih menghargai rasa aman dan menemukan hubungan dalam komitmen sebagai cara paling alamiah untuk menikmati hidup. Biru cenderung merasakan komitmen emosional yang mendalam pada orang, sementara putih merasa mudah menerima dan mencintai orang-orang yang dijumpai. Putih toleran dan menerima orang lain. Putih komit tanpa banyak ribut dalam hubungan.
* Tidak ada kepribadian lain yang mengejar kesenangan seperti kuning. Kuning seringkali hidup untuk bermain. Ketika kuning tertekan ditempat kerja atau dirumah, hobi yang membangkitkan energi atau liburan singkat menggantikan wajah lusuh dengan semangat kemudaan. Kuning tidak mengerti mengapa ada yang mau komit pada sesuatu yang tidak mengandung kesenangan didalamnya. Karena menyukai kesenangan dan tidak suka dikekang,
kuning jarang mau terikat dalam suatu pernikahan.
       C. Sesungguhnya Pribadi yang menyenangkan adalah
Telah dibahas pada bab pendahuluan, pribadi yang menyenangkan itu adalah kepribadian yang baik merupakan kunci sukses diterima atau tidaknya kita dalam pergaulan, baik itu di rumah, kampus, kantor atau dimanapun. Coba saja kita perhatikan hanya mereka yang berkepribadian menariklah yang memiliki banyak teman dan sahabat. Orang-orang dengan kepribadian yang baik selalu dikelilingi oleh orang-orang yang peduli padanya. Memang kepribadian merupakan watak dasar atau karakter seseorang yang sudah terbentuk dalam dirinya. Karena itu kepribadian setiap orang jelas tidak sama. Namun bukan berarti kepribadian yang buruk tidak bisa dirubah. Jika selama ini kepribadian dinilai kurang baik, tidak ada salahnya kita mulai merubahnya dari sekarang. Bagaimanapun juga memperbaiki kepribadian bukanlah sesuatu yang merugikan. Justru sebaliknya, merubah hal menjadi baik adalah suatu jalan menuju kebenaran. Nah, kita tentu ingin menjadi pribadi yang disukai banyak orang. Apalagi kalau kita berada di lingkungan kerja yang menuntut anda selalu berinteraksi dengan orang lain.
       D. Langkah-langkah menjadi pribadi yang menyenangkan
Kepribadian manusia selalu menjadi tema yang menarik untuk dicari tahu, apalagi kepribadian kita sendiri. Rasa ingin tahu tersebutlah yang lantas membuat banyak orang pergi ke psikolog untuk menjalani tes-tes kepribadian. Semua ini dilakukan demi mengetahui “seperti apa sesungguhnya diri kita ini?”
1.        Jadilah Pemberi yang Tulus
Pribadi yang menyenangkan adalah pribadi yang menjadi pemberi yang tulus, memberikan apapun yang terbaik, bermanfaat, membawa inspirasi untuk hidup yang lebih baik bagi orang lain. Kita jangan pernah pelit, jangan menghitung untung-rugi, jangan terbiasa menggantungkan hidup dari pemberian orang lain. Memberikan yang terbaik untuk orang lain, terutama yang benar-benar membutuhkan kita.
1. Memiliki Kemauan yang Kuat
Orang yang tidak memiliki kemauan kuat tidak akan pernah sukses. Ini akan bertambah buruk ketika kita mengandalkan pemikiran orang lain. Bila kita selalu bergantung pada orang lain, berarti kita selamanya menjadi ”bawahan”; orang yang hanya menjadi pelaksana kerja tanpa pernah menjadi pemimpin bagi diri sendiri dan orang lain. Jadilah pribadi yang berkemauan kuat untuk merasakan keberhasilan dan kebahagiaan. Percaya diri, jangan mudah menyerah, perbesar motivasi untuk sukses adalah kunci atau kiat untuk mencapai keberhasilan.

1.        Jadilah Diri Sendiri
Gampang-gampang susah menjadi diri sendiri, yang memiliki kelebihan dan keunikan di banding orang lain. Namun faktanya kita bisa menjadi diri kita sendiri; kita bisa memiliki kelebihan di bidang yang kita geluti, dan memancarkan keunikan karena kita berbeda dari orang lain. Syukuri apa pun keadaan kita saat ini, yakinlah pada apa yang kita perbuat; selama perbuatan kita baik dan memancarkan kasih pada sesama. Dan, miliki standar penilaian untuk diri sendiri; orang yang tepat menilai diri kita adalah kita sendiri. Orang lain memang dapat menilai kita, namun ketepatannya tidaklah sama bila kita menilai diri kita sendiri. 
2.        Memiliki Etika
Pergaulan yang sehat mudah diciptakan bila setiap pribadi memiliki etika yang tinggi. Sebaliknya pribadi yang amburadul, tidak menghargai aturan bersama, akan merusak citra diri dan kelompok, termasuk dilingkungan kita berada atau bekerja. Menghargai orang lain seperti kita menghargai diri kita sendiri akan mempermudah kita menyesuaikan diri dengan orang lain. Menghargai sistem yang berlaku dilingkungan pergaulan, dan mempelajari seluk-beluk etika yang melingkupi kita. Dengan perilaku seperti ini, kita akan mudah memiliki etika yang diterima lingkungan, baik lingkungan kerja maupun keluarga.
3.        Pribadi yang Sederhana
Kesederhanaan hati dalam berperilaku mencerminkan ”kerendahan jiwa” yang memesona bagi diri sendiri dan orang lain. Sebaliknya, kesombongan dan sikap selalu meninggikan diri lebih sering merusak interaksi dengan sesama. Sebuah kesuksesan sering kali bermula dari kesederhanaan sikap dan langkah. Oleh karena itu, apabila kita ingin menciptakan keberhasilan yang tidak melukai orang lain, milikilah jiwa yang sederhana. Kita tidak akan pernah merasa”lebih tinggi dan lebih hebat” dari orang lain apabila kita selalu merendah, mengedepankan kesederhanaan yang mengagumkan.
4.        Selalu tahu Berterima Kasih
Suatu kesuksesan dalam hidup ini tidak pernah datang sendirian. Kesuksesan sering kali menghampiri kita bersama ”jasa orang lain”. Dengan kata lain, kita tidak akan bisa meraih kesuksesan sendirian; ada andil orang lain. Oleh karena itu, bangunlah pribadi yang ”tahu berterima kasih” agar kita menyenangkan mereka yang turut memberi peran dalam kesuksesan kita.
5.        Lancarlah Berkomunikasi
Mengabaikan komunikasi sama halnya dengan mengabaikan keberhasilan. Oleh karena itu, secepatnyalah membangun pribadi yang lancar berkomunikasi agar keberhasilan tidak lewat begitu saja dihadapan kita. Dengan lancar berkomunikasi, kita kita akan mudah memandu diri sendiri dan orang lain yang berada di lingkup kesuksesan kita untuk bersama-sama memahami kesulitan atau tantangan yang harus dipecahkan, tanpa perlu terjadi salah paham dalam suatu beban tugas.
6.        Kendalikan Diri
Untuk membangun diri dengan baik kita harus mengendalikan diri sendiri dalam segala hal. Pengendalian diri yang baik juga akan memandu kita dalam menentukan bidang keberhasilan yang kita inginkan. Suasana apapun yang sedang melingkupi kita saat ini, buatlah suasana itu menyenangkan bagi diri sendiri. Apabila kita sedang mengalami duka yang mendalam, anggaplah hal itu sebagai ”pemanis hidup”. Jangan beranggapan bahwa kita akan selamanya mengalami situasi pahit itu. Sebaliknya, bila kita sedang bersukacita, jangan terbawa emosi untuk merayakan secara berlebihan. Kita harus dapat menendalikan diri untuk secara wajar menikmati kebahagian yang kita rasakan. Penendalian diri itulah kuncinya. Dalam situasi apa pun, kendalikanlah diri kita.
7.        Jujurlah pada Diri Sendiri
Meski kadang menyakitkan, kejujuran tetap harus kita utamakan. Jangan biarkan diri kita rusak hanya karena ketidakjujuran, kelicikan, suka berkelit, atau karena perbuatan-perbuatan tidak kesatria lainya. Kita harus berdiri di atas kejujuran dalam setiap hal yang berkaitan dengan impian menuju keberhasilan. Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk menanamkam rasa jujur dalam diri kita sendiri; biasakan berbuat sesuatu sesuai dengan ucapan anda, jangan ”menyembunyikan diri” dibalik kelemahan, akuilah kelemahan yang ada pada diri kita, dan yang terakhir, ingatlah bahwa orang lain sakit hati ketika kita bohongi.
8.        Bersikaplah Percaya Diri
Apa yang dapat kita lakukan tanpa kepercayaan diri? Mungkin kita hanya terombang-ambing dalam sebuah keadaan tanpa bisa berbuat apa-apa. Mungkin kia hanya menggantungkan nasib tanpa memiliki keputusan terbaik demi diri sendiri. Lebih berbahaya lagi, seluruh hidup kita ketergantungan pada orang lain yang lebih memiliki kepercayaan diri. Jadi sangatlah pantas bila kita melihat dan mengukur seberapa besar kepercayaan diri yang kita miliki? Apabila kita belum memiliki kepercayaan diri, galilah dengan cerdas dari dasar hati dan pikiran. Sebaliknya, apabila kita telah memilikinya, gunakan untuk meraih impian dan kesuksesan dalam diri kita. Rasa percaya diri bisa membuat kita mudah untuk menentukan sikap, mampu untuk mengatasi kesulitan hidup, dan rasa percaya diri menuntun kita menuju apa yang kita impikan.
9.        Bersikaplah Cepat Tanggap
Mungkin tidak ada tempat untuk orang yang berjalan lamban di jalur kesuksesan. Tidakan yang lamban selain membuang waktu, juga terasa membosankan apabila kita tipe pribadi yang ingin cepat dan cerdas dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Mungkin juga kita merasa gerah bila melihat orang-orang di sekitar yang menyia-nyiakan waktu dan tenaga hanya karena mereka kurang cekatan dalam menyelesaikan pekerjaan atau tugas-tugas. Orang yang cepat tanggap tidak akan meremehkan waktu dan kesempatan yang datang menghampirinya. Sebaliknya, apa pun tantangan atau kesempatan yang menghampiri, dengan tanggap dan cekatan akan diambilnya; hasilya pun cepat mereka nikmati. Ada beberapa kiat yang bisa dilakukan untuk menjadi pribadi yang cepat tanggap;
a.       Jangan terbiasa membuang waktu dengan percuma. Kebiasaan menghabiskan waktu tanpa tindakan yang bermakna hanya akan merugikan diri sendiri.
b.      Kembangkan Imajinasi. Semakin kaya imajinasi, semakit cepat kita menanggapi setiap hal yang menghampiri.
c.       Mulailah sekarang, karena hari esok belum tentu berpihak pada kita. Apabila kita beranggapan bahwa inilah saatnya untuk memulai, maka mulailah segera, jangan ditunda-tunda.
10.    Buat daftar perilaku anda yang terdiri dari kebaikan dan keburukan.
Kemudian coba bandingkan mana yang lebih banyak kebaikan atau keburukan. Lalu pikirkan apa yang mendorong anda bersikap baik dan apa yang mendorong anda berperilaku buruk. Berjanjilah pada diri sendiri untuk merubah hal-hal buruk pada diri anda. Setiap saat anda berhasil merubahnya, berjanjilah untuk tidak kembali menjadi buruk. Dengan demikian, perlahan-lahan sikap dan sifat buruk anda akan hilang sama sekali.
11.    Jagalah ‘ucapan’ anda
Pepatah mengatakan ‘lidah lebih tajam daripada pedang’. Memang kadang kata-kata dan ucapan yang ‘pedas’ terasa lebih menyakitkan daripada perbuatan buruk sekalipun. Kalau selama ini anda dikenal sebagai orang yang ‘nyinyir’ dan ketus cobalah untuk merubahnya perlahan-lahan. Tahan keinginan anda untuk melontarkan komentar buruk, celaan, dan sindiran terhadap orang lain yang tidak anda sukai, sekalipun anda sangat ingin. 
12.    Dengarkan orang lain
Salah satu hal yang membuat anda disukai banyak orang adalah anda bisa menjadi pendengar yang baik. Coba anda cermati setiap kali anda berinteraksi. Apakah anda terlalu mendominasi percakapan jika berbincang dengan orang lain?. Jika ‘ya’ cobalah untuk belajar mendengar. Jangan terlalu sibuk memuji diri sendiri. Berikan respon yang positif atas percakapannya dengan anda.
13.    Jangan menunjukkan sikap tidak setuju pada orang lain secara frontal, sekalipun memang anda tidak setuju.
Pada moment tertentu seperti rapat kantor atau diskusi, anda memang boleh mengungkapkan kebenaran dengan menyanggah pendapat orang lain yang anda anggap salah. Tetapi pada obrolan santai seperti saat makan siang, anda tidak perlu terlalu menunjukkan sikap tidak setuju pada pendapat teman anda. Anggukkan kepala setiap kali teman anda berbicara.
14.    Jangan biarkan orang lain merasa tidak nyaman dengan kehadiran anda.
Selama ini anda yang tergolong pemarah, sensitif, sering mengeluh, dan jarang tersenyum membuat orang lain merasa enggan berada di dekat anda. Orang lain merasa tidak nyaman, karena khawatir sewaktu-waktu anda akan melibatkan dia dalam emosi anda. Coba kendalikan emosi dengan lebih memahami kehadiran orang-orang di sekeliling anda. Belajarlah untuk berpikir positif dan tersenyumlah pada orang-orang yang menyapa anda. Ciptakan suatu sikap yang membuat orang lain merasa ‘nyaman’ dengan kehadiran anda.

       Memang pada awalnya anda akan kesulitan merubah kepribadian yang selama ini melekat pada diri anda. Tapi percayalah kepribadian yang baik merupakan modal terbesar dalam menuju sukses. Terlebih di lingkungan pekerjaan yang banyak melibatkan orang-orang/ personil

BAB III
PENUTUP
       Besar kecilnya suatu keberhasilan atau kesuksesan ditentukan oleh banyak faktor. Salah satunya adalah faktor kepribadian. Di samping itu kita dapat ”melihat ke dalam” diri kita, dan pribadi seperti apa yang telah kita miliki.
Selalu masih ada waktu dan kesempatan untuk membangun dan menunjukkan keperibadian pribadi yang menyenangkan untuk diri sendiri dan juga orang lain, apabila kita merasa belum sepenuhnya berhasil membangunnya untuk keberhasilan diri yang kita ingingkan itu. Jangan ragu dan jangan beranggapan bahwa membangun pribadi yang menyenangkan itu sulit. Yakinlah bahwa kita pasti bisa melakukannya. Pribadi yang menyenangkan itu adalah hak kita sebagai individu, dan sudah seharusnya dikembangkan demi mewujudkan keberhasilan yang kita cita-citakan.
Inilah catatan penutup yang dapat membantu kita membangun pribadi yang menyenangkan itu.
1.        Mulai dari Diri Sendiri
Mulailah membangun pribadi yang menyenangkan itu dari diri sendiri, bukan karena ingin meniru orang lain. Dengan membangun pondasi di dalam diri, pribadi kita akan lebih kuat dan tidak mudah goyah karena pengaruh orang lain dan situasi disekitar kita. Di samping itu, kita dapat selalu mengembangkan diri sesuai dengan kehendak kita. Jadi, mulailah dari diri sendiri untuk setiap hal yang menentukan keberhasilan kita.
2.        Terbuka terhadap ”Teguran” orang lain
Teguran dari orang lain dapat berupa kritik, saran dan masukan pada diri kita. Mungkin dari rekan kerja, klien, keluarga merasa perlu memberikan teguran yang positif untuk kebaikan kita. Oleh karena itu, bijaksanalah dalam menerima teguran atau masukan itu. Ambilah pelajaran baik dari teguran itu, dan gunakan untuk membangun pribadi yang menyenangkan, demi suatu keberhasilan.
3.        Bertahap dan Setiap Hari
Seperti halnya membangun sebuah rumah, kita perlu bertahap melakukannya, tidak bisa sekali jadi. Demikian pula untuk membangun pribadi yang menyenangkan, kita perlu bertahap dan rutin setiap hari, jangan tergesa-gesa agar bangunan itu tidak roboh. Kita memiliki bangunan pribadi yang kokoh, karena kita mengerjakan bangunan itu. Kita melakukan secara bertahap, penuh perhitungan dan setiap saat pada kesempatan yang datang pada kita.
4.        Saat Ini 
Ya, wujudkanlah langkah kita mulai sekarang untuk membangun kepribadian yang menyenangkan itu. Jangan tunda esok hari. Lebih cepat kita memulai, lebih cepat kita nikmati keberhasilannya.

 

DAFTAR PUSTAKA
Elizabeth Wagele dan Renee Baron. 2005. Eneagram. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.
Goleman, Daniel. 1995. Emotional Intelligence. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Prasetyo Herry. 2007, Pribadi yang Menyenangkan. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer; klp Gramedia.
Widayatun Tri Rusmi. 1999, Ilmu Prilaku M.A.104. Jakarta: CV Sagung Seto; PT Fajar Interpratama.
www.google.com/glorianet.org.psikologi/kepribadian.





ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DIABETES MELITUS


A.      Konsep Dasar Penyakit
1.         Definisi
Diabetes melitus merupakan kelainan metabolisme yang kronis terjadi defisiensi insulin atau retensi insulin, di tandai dengan tingginya keadaan glukosa darah (hiperglikemia) dan glukosa dalam urine (glukosuria) atau merupakan sindroma klinis yang ditandai dengan hiperglikemia kronik dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein sehubungan dengan kurangnya sekresi insulin secara absolut / relatif dan atau adanya gangguan fungsi insulin.
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Mansjoer, 2000).
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis, dan multifaktorial yang dicirikan dengan hiperglikemia dan hipoglikemia. ( Mary,2009)

2.      Epidemiologi
Diabetes terutama prevalen diantara kaum lanjut usia. Diantara individu yang berusia lebih dari 65 tahun, 8,6% menderita diabetes tipe II. Angka ini mencakup 15% populasi pada panti lansia.

3.      Etiologi
Pada lansia cenderung terjadi peningkatan berat badan, bukan karena mengkonsumsi kalori berlebih namun karena perubahan rasio lemak-otot dan penurunan laju metabolisme basal. Hal ini dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya diabetes mellitus. Penyebab diabetes mellitus pada lansia secara umum dapat digolongkan ke dalam dua besar:
·         Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra pengecap, penurunan fungsi pankreas, dan penurunan kualitas insulin sehingga insulin tidak berfungsi dengan baik).
·         Gaya hidup(life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga, minum alkohol, dll.)
Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga dapat menjadi penyebab terjadinya diabetes mellitus.
Selain itu perubahan fungsi fisik yang menyebabkan keletihan dapat menutupi tanda dan gejala diabetes dan menghalangi lansia untuk mencari bantuan medis. Keletihan, perlu bangun pada malam hari untuk buang air kecil, dan infeksi yang sering merupakan indikator diabetes yang mungkin tidak diperhatikan oleh lansia dan anggota keluarganya karena mereka percaya bahwa hal tersebut adalah bagian dari proses penuaan itu sendiri.
4.         Klasifikasi
·         Diabetes melitus tipe I:
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut baik melalui proses imunologik maupun idiopatik. Karakteristik Diabetes Melitus tipe I:
·         Mudah terjadi ketoasidosis
·         Pengobatan harus dengan insulin
·         Onset akut
·         Biasanya kurus
·         Biasanya terjadi pada umur yang masih muda
·         Berhubungan dengan HLA-DR3 dan DR4
·         Didapatkan antibodi sel islet
·         10%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
·         Diabetes melitus tipe II:
Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin. Karakteristik DM tipe II:
·         Sukar terjadi ketoasidosis
·         Pengobatan tidak harus dengan insulin
·         Onset lambat
·         Gemuk atau tidak gemuk
·         Biasanya terjadi pada umur > 45 tahun
·         Tidak berhubungan dengan HLA
·         Tidak ada antibodi sel islet
·         30%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
·         ± 100% kembar identik terkena

5.         Manifestasi Klinis
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada lansia umumnya tidak ada. Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf.
Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah :
a.       Katarak                                     
b.      Glaukoma
c.       Retinopati
d.      Gatal seluruh badan
e.       Pruritus Vulvae
f.       Infeksi bakteri kulit
g.      Infeksi jamur di kulit
h.      Dermatopati
i.        Neuropati perifer
j.        Neuropati viseral
k.      Amiotropi
l.        Ulkus Neurotropik
m.    Penyakit ginjal
n.      Penyakit pembuluh darah perifer
o.      Penyakit koroner
p.      Penyakit pembuluh darah otak
q.      Hipertensi

6.         Patofisiologi
Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas. Bila insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap berada di pembuluh darah yang artinya kadar glukosa di dalam darah meningkat.
Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon autoimun dipacu oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau langerhans dan terhadap insulin itu sendiri.
Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah insulin normal  tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah menjadi meningkat.

7.         Pathway


8.         Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
a.         Diet
Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% Protein, 75% Karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk mencegah diabetes. Kandungan rendah lemak dalam diet ini tidak hanya mencegah arterosklerosis, tetapi juga meningkatkan aktivitas reseptor insulin.
b.        Latihan
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Pemeriksaan sebelum latihan sebaiknya dilakukan untuk memastikan bahwa klien lansia secara fisik mampu mengikuti program latihan kebugaran. Pengkajian pada tingkat aktivitas klien yang terbaru dan pilihan gaya hidup dapat membantu menentukan jenis latihan yang mungkin paling berhasil. Berjalan atau berenang, dua aktivitas dengan dampak rendah, merupakan permulaan yang sangat baik untuk para pemula. Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung meningkatkan fungsi fisiologis dengan mengurangi kadar glukosa darah, meningkatkan stamina dan kesejahteraan emosional, dan meningkatkan sirkulasi, serta membantu menurunkan berat badan.
c.         Pemantauan
Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus selalu diperiksa secara rutin. Selain itu, perubahan berat badan lansia juga harus dipantau untuk mengetahui terjadinya obesitas yang dapat meningkatkan resiko DM pada lansia.
d.        Terapi (jika diperlukan)
Sulfoniluria adalah kelompok obat yang paling sering diresepkan dan efektif hanya untuk penanganan NIDDM. Pemberian insulin juga dapat dilakukan untuk mepertahankan kadar glukosa darah dalam parameter yang  telah ditentukan untuk membatasi komplikasi penyakit yang membahayakan.
e.         Pendidikan
·         Diet yang harus dikomsumsi
·         Latihan
·         Penggunaan insulin

9.         Pemeriksaan Diagnostik
·           Glukosa darah sewaktu
·           Kadar glukosa darah puasa
·           Tes toleransi glukosa
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan:
-            Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
-            Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
-            Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

10.         Komplikasi Diabetes Melitus
Komplikasi diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi akut dan kronis. Yang termasuk dalam komplikasi akut adalah hipoglikemia, diabetes ketoasidosis (DKA), dan hyperglycemic hyperosmolar nonketocic coma (HHNC). Yang termasuk dalam komplikasi kronis adalah retinopati diabetic, nefropati diabetic, neuropati, dislipidemia, dan hipertensi.
·      Komplikasi akut
a.         Diabetes ketoasidosis
       Diabetes ketoasidosis adalah akibat yang berat dari deficit insulin yang berat pada jaringan adipose, otot skeletal, dan hepar. Jaringan tersebut termasuk sangat sensitive terhadap kekurangan insulin. DKA dapat dicetuskan oleh infeksi ( penyakit)
·      Komplikasi kronis:
a.       Retinopati diabetic
Lesi paling awal yang timbul adalah mikroaneurism pada pembuluh retina. Terdapat pula bagian iskemik, yaitu retina akibat berkurangnya aliran darah retina. Respon terhadap iskemik retina ini adalah pembentukan pembuluh darah baru, tetapi pembuluh darah tersebut sangat rapuh sehingga mudah pecah dan dapat mengakibatkan perdarahan vitreous. Perdarahan ini bisa mengakibatkan ablasio retina atau berulang yang mengakibatkan kebutaan permanen.
b.      Nefropati diabetic
Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic adalah glomerulosklerosis yang nodular yang tersebar dikedua ginjal yang disebut sindrom Kommelstiel-Wilson. Glomeruloskleriosis nodular dikaitkan dengan proteinuria, edema dan hipertensi. Lesi sindrom Kommelstiel-Wilson ditemukan hanya pada DM.
c.       Neuropati
Neuropati diabetic terjadi pada 60 – 70% individu DM. neuropati diabetic yang paling sering ditemukan adalah neuropati perifer dan autonomic.
d.      Displidemia
Lima puluh persen individu dengan DM mengalami dislipidemia.
e.       Hipertensi
Hipertensi pada pasien dengan DM tipe 1 menunjukkan penyakit ginjal, mikroalbuminuria, atau proteinuria. Pada pasien dengan DM tipe 2, hipertensi bisa menjadi hipertensi esensial. Hipertensi harus secepat mungkin diketahuin dan ditangani karena bisa memperberat retinopati, nepropati, dan penyakit makrovaskular.
f.       Kaki diabetic
Ada tiga factor yang berperan dalam kaki diabetic yaitu neuropati, iskemia, dan sepsis. Biasanya amputasi harus dilakukan. Hilanggnya sensori pada kaki mengakibatkan trauma dan potensial untuk ulkus. Perubahan mikrovaskuler dan makrovaskuler dapat mengakibatkan iskemia jaringan dan sepsis. Neuropati, iskemia, dan sepsis bisa menyebabkan gangrene dan amputasi.
g.      Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di bawah 60 mg/dl, yang merupakan komplikasi potensial terapi insulin atau obat hipoglikemik oral. Penyebab hipoglikemia pada pasien sedang menerima pengobatan insulin eksogen atau hipoglikemik oral.

B.     Konsep Asuhan Keperawatan
1.         Pengkajian
a.    Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
b.    Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
c.    Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
d.   Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
e.    Integritas Ego
Stress, ansietas
f.     Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
g.    Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.
h.    Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia, gangguan penglihatan.
i.      Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
j.      Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
k.    Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

2.         Diagnosa Keperawatan
a.    Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme protein, lemak.
b.    Kekurangan volume cairan berhubungan dengan  osmotik diuresis ditandai dengan tugor kulit menurun dan membran mukasa kering.
c.    Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati perifer) ditandai dengan gangren pada extremitas.
d.   Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik yang kurang.
e.    Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan glukosa darah yang tinggi.
f.     Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan penglihatan.

3.         Perencanaan Keperawatan
a.       Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme protein, lemak.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi.
Dengan Kriteria Hasil :
§  Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
§  Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya

Tindakan / intervensi
Rasional
Mandiri
1.      Timbang berat badan sesuai indikasi.
Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat.
2.      Tentukan program diet, pola makan, dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan klien.
Mengidentifikasikan kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.
3.      Auskultrasi bising usus, catat nyeri abdomen atau perut kembung, mual, muntah dan pertahankan keadaan puasa sesuai inndikasi.
Hiperglikemi, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit menurunkan motilitas atau fungsi lambung (distensi atau ileus paralitik).
4.       Berikan makanan cair yang mengandung nutrisi dan elektrolit. Selanjutnya memberikan makanan yang lebih padat.
Pemberian makanan melalui oral lebih baik diberikan pada klien sadar dan fungsi gastrointestinal baik.
5.      Identifikasi makanan yang disukai.
Kerja sama dalam perencanaan makanan.
6.      Libatkan keluarga dalam perencanaan makan.
Meningkatkan rasa keterlibatannya, memberi informasi pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi klien.
7.      Observasi tanda hipoglikemia (perubahan tingkat kesadaran, kulit lembap atau dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala, pusing).
Pada metabolism kaborhidrat (gula darah akan berkurang dan sementara tetap diberikan tetap diberikan insulin, maka terjadi hipoglikemia terjadi tanpa memperlihatkan perubahan tingkat kesadaran.
Kolaborasi
8.      Lakukan pemeriksaan gula darah dengan finger stick.
Analisa di tempat tidur terhadap gula darah lebih akurat daripada memantau gula dalam urine.
9.      Pantau pemeriksaan laboratorium (glukosa darah, aseton, pH, HCO3)
Gula darah menurun perlahan dengan penggunaan cairan dan terapi insulin terkontrol sehingga glukosa dapat masuk ke dalam sel dan digunakan untuk sumber kalori. Saat ini, kadaar aseton menurun dan asidosis dapat dikoreksi.
10.  Berikan pengobatan insulin secara teratur melalui iv
Insulin regular memiliki awitan cepat dan dengan cepat pula membantu memindahkan glukosa ke dalam sel. Pemberian melalui IV karena absorpsi dari jaringan subkutan sangat lambat.
11.  Berikan larutan glukosa ( destroksa, setengah salin normal).
Larutan glukosa ditambahkan setelah insulin dan cairan membawa gula darah sekitar 250 mg /dl. Dengan metabolism karbohidrat mendekati normal, perawatan diberikan untuk menghindari hipoglikemia.
12.  Konsultasi dengan ahli gizi.
Bermanfaat dalam penghitungan dan penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.


b.      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan  osmotik diuresis ditandai dengan tugor kulit menurun dan membran mukosa kering.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Dengan kriteria Hasil :
§  Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.

Tindakan / Intervensi
Rasional
Mandiri
1.      Kaji riwayat klien sehubungan dengan lamanya atau intensitas dari gejala seperti muntah dan pengeluaran urine yang berlebihan.
Membantu memperkirakan kekurangan volume total. Adanya proses infeksi mengakibatkan demam dan keadaan hipermetabolik yang meningkatkan kehilangan air.
2.      Pantau tanda – tanda vital, catat adanya perubahan tekanan darah ortostatik.
Hipovolemi dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia. Perkiraan berat ringannya hipovolemi saat tekanan darah sistolik turun ≥ 10 mmHg dari posisi berbaring ke duduk atau berdiri.
3.      Pantau pola napas seperti adanya pernapasan Kussmaul atau pernapasan yang berbau keton.
Perlu mengeluarkan asam karbonat melalui pernapasan yang menghasilkan kompensasi alkalosis respiratoris terhadap keadaan ketoasidosis. Napas bau aseton disebabkan pemecahan asam asetoasetat dan harus berkurang bila ketosis terkoreksi.
4.      Pantau frekuensi dan kualitas pernapasan, penggunaan otot bantu napas, adanya periode apnea dan sianosi.
Hiperglikemia dan asidosis menyebabkan pola dan frekuensi pernapasan normal. Akan tetapi peningkatan kerja pernapasan, pernapasan dangkal dan cepat serta sianosis merupakan indikasi dari kelelahan pernapasan atau kehilangan kemampuan melalui kompensasi pada asidosis.`
5.      Pantau suhu, warna kulit, atau kelembapannya.
Demam, menggigil, dan diaphoresis adalah hal umum terjadi pada proses infeksi, demam dengan kulit kemerahan, kering merupakan tanda dehidrasi.
6.      Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membrane mukosa.
Merupakan indicator tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi yang adekuat.
7.      Pantau masukan dan pengeluaran.
Memperkirakan kebutuhan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan terapi yang diberikan.
8.      Ukur berat badan setiap hari.
Memberikan hasil pengkajian terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.
9.      Pertahankan pemberian cairan minimal 2500 ml/hari.
Mempertahankan hidrasi atau volume sirkulasi.
10.  Tingkatkan lingkungan yang menimbulkan rasa nyaman. Selimuti klien dengan kain yang tipis.
Menghindari pemanasan yang berlebihan terhadap klien lebih lanjut dapat menimbulkan kehilangan cairan.
11.  Kaji adanya perubahan mental atau sensori.
Perubahan mental berhubungan dengan hiperglikemi atau hipoglikemi, elektrolit abnormal, asidosis, penurunan perfusi serebral, dan hipoksia. Penyebab yang tidak tertangani, gangguan kesadaran menjadi predisposisi aspirasi pada klien.
12.  Observasi mual, nyeri abdomen, muntah, dan distensi lambung.
Kekurangan cairan dan elektrolit mengubah motilitas lambung sehinnga sering menimbulkan muntah dan secara potensial menimbulkan kekurangan cairan dan elektrolit.
13.  Observasi adanya perasaan kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan berat badan, nadi tidak teratur, dan distensi vaskuler.
Pemberian cairan untuk perbaikan yang cepat berpotensi menimbulkan kelebihan cairan dan gagal jantung kronis.
Kolaborasi
14.  Berikan terapi cairan sesuai indikasi:
11.    Normal salin atau setengah normal salin dengan atau tanpa dekstrosa.


12.    Albumin, plasma, atau dekstran.

Tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respon klien secara individual.

Plasma ekspander (pengganti) dibutuhkan jika mengancam jiwa atau tekanan darah sudah tidak dapat kembali normal dengan usaha rehidrasi yang telah dilakukan.
15.  Pasang kateter urine.
Memberikan pengukuran yang tepat terhadap pengeluaran urine terutama jika neuropati otonom menimbulkan retensi atau inkontinensia.

c.       Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati perifer) ditandai dengan gangren pada extremitas.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidakterjadi komplikasi.
Dengan Kriteria Hasil : - menunjukan peningkatan integritas kulit
·       Menghindari cidera kulit

Tindakan  / intervensi
Rasional
Mandiri
1.         Inspeksi kulit terhadap perubahan warna,turgor,vaskuler,perhatikan kemerahan.
Menandakan aliran sirkulasi buruk yang dapat menimbulkan infeksi
 
2.      Ubah posisi setiap 2 jam beri bantalan pada tonjolan tulang
Menurunkan tekanan pada edema dan menurunkan iskemia
3.      Pertahankan alas kering dan bebas lipatan
Menurunkan iritasi dermal

4.      Beri perawatan kulit seperti penggunaan  lotion
Menghilangkan kekeringan pada kulit dan robekan pada kulit
5.      Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik
Mencegah terjadinya infeksi

6.      Anjurkan pasien untuk menjaga agar kuku tetap pendek
Menurunkan resiko cedera pada kulit oleh karena garukan
7.      Motivasi klien untuk makan makanan TKTP
Makanan TKTP dapat membantu penyembuhan jaringan kulit  yang rusak

d.      Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik yang kurang.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kelelahan dapat teratasi.
Kriteria hasil klien dapat:
·         Mengidentifikasikan pola keletihan setiap hari.
·         Mengidentifikasi tanda dan gejala peningkatan aktivitas penyakit yang mempengaruhi toleransi aktivitas.
·         Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.
·         Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.

Tindakan / intervensi
Rasional
Mandiri
1.      Diskusikan kebutuhan akan aktivitas. Buat jadwal perencanaan dan identifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan.
Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas meskipun klien sangat lemah.
2.      Diskusikan penyebab keletihan seperti nyeri sendi, penurunan efisiensi tidur, peningkatan upaya yang diperlukan untuk ADL.
Dengan mengetahui penyebab keletihan, dapat menyusun jadwal aktivitas.
3.      Bantu mengidentivikasi pola energi dan buat rentang keletihan. Skala 0-10 (0=tidak lelah, 10= sangat kelelahan)
Mengidentifikasi waktu puncak energi dan kelelahan membantu dalam merencanakan akivitas untuk memaksimalkan konserfasi energi dan produktivitas.
4.      Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup/ tanpa diganggu.
Mencegah kelelahan yang berlebih.
5.      Pantau nadi , frekuensi nafas, serta tekanan darah sebelum dan seudah melakukan aktivitas.
Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.
6.      Tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan.
Memungkinkan kepercayaan diri/ harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi.
7.      Ajarkan untuk mengidentifikasi tanda dan gejala yang menunjukkan peningkatan aktivitas penyakit dan mengurangi aktivitas, seperti demam, penurunan berat badan, keletihan makin memburuk.
Membantu dalam mengantisipasi terjadinya keletihan yang berlebihan.


e.       Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan glukosa darah yang tinggi.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi tanda-tanda infeksi
Dengan Kriteria hasil :
·      Tidak ada rubor, kalor, dolor, tumor, fungsiolesia.
·      Terjadi perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.

Rencana / intervensi
Rasional
Mandiri
1.     Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan sperti demam, kemerahan, adanya pus pada luka, sputum purulen, urine warna keruh atau berkabut.
Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.
2.      Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya sendiri.
Mencegah timbulnya infeksi nosokomial.
3.      Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.
Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi meddia terbaik dalam pertumbuhan kuman.
4.      Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh, masase daerah tulang yang tertekan, jaga kulit tetap kering, linen kering dan tetap kencang.
Sirkulasi perifer bisa terganggu dan menempatkan pasien pada peningkatan risiko terjadinya kerusakan pada kulit.
5.      Berikan tisue dan tempat sputum pada tempat yang mudah dijangkau untuk penampungan sputum atau secret yang lainnya.
Mengurangi penyebaran infeksi.
Kolaborasi
6.      Lakukan pemeriksaan kultur dan sensitifitas sesuai dengan indikasi.
Untuk mengidentifikasi adanya organisme sehingga dapat memilih atau memberikan terapi antibiotik yang terbaik.
7.      Berikan obat antibiotik yang sesuai
Penanganan awal dapat mambantu mencegah timbulnya sepsis.

f.       Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan penglihatan.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi injuri
Dengan Kriteria hasil :
·         Dapat menunjukkan terjadinya perubahan perilaku untuk menurunkan factor risiko dan untuk melindungi diri dari cidera.
·         Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.

Rencana / Intervensi
Rasional
Mandiri
1.      Hindarkan lantai yang licin.
Lantai licin dapat menyebabkan risiko jatuh pada pasien.
2.      Gunakan bed yang rendah.
Mempermudah pasien untuk naik dan turun dari tempat tidur.
3.      Orientasikan klien dengan ruangan.
Lansia daya ingatnya sudah menurun, sehingga diperlukan orientasi ruangan agar lansia bisa menyesuaikan diri terhadap ruangan.
4.      Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
Lansia sudah mengalami penurunan dalam fisik, sehingga dalam melakukan aktivitas sehari diperlukan bantuan dari orang lainsesuai dengan yang dapat ditoleransi
5.      Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi
Keterbatasan aktivitas tergantung pada kondisi lansia.

DAFTAR PUSTAKA


Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.
Ikram, Ainal,  Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.
Kushariyadi.2010.Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia.Jakarta : Salemba Medika
Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani, Jakarta:EGC, 1997.
Mary Baradero, Mary Wilfrid dan Yakobus Siswandi. 2009. Klien Gangguan Endokrin: Seri Asuhan Keperawatan.  Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.