A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi :
a.
Acute Myocard Infark (AMI) adalah suatu keadaan gawat
darurat jantung dengan manifestasi klinik berupa perasaan tidak enak di dada
atau gejala-gejala lain sebagai akibat iskemia miokard (Wikipedia, febuari
5, 2008)
b.
Acute Myocard Infark (AMI) adalah nekrosis miokard
akibat gangguan aliran darah ke otot jantung ( Kapita Selekta Kedokteran,
2000 : 437)
c.
Acute Myocard Infark (AMI) adalah iskemia yang lebih
berat, disertai kerusakan sel (Brunner dan Sudarth)
d.
Infark
Miokard Akut adalah penurunan aliran darah melalui satu atau lebih arteri
koroner, mengakibatkan iskemia miokard dan nekrosis.( Doengoes, Moorhouse,
Geissler, 1999 : 83 )
e.
Infark Miocard Akut adalah
kematian jaringan miokard diakibatkan oleh kerusakan aliran darah koroner
miokard (penyempitan atau sumbatan arteri koroner diakibatkan oleh
aterosklerosis atau penurunan aliran darah akibat syok atau perdarahan
(Carpenito L.J. , 2000)
f.
Acute Myocard Infark (AMI) adalah kerusakan atau
nekrosis sel jantung yang terjadi mendadak karena terhentinya aliran darah
koroner yang sebagaian besar disebabkan oleh thrombus yang menyumbat arteri
koronaria di tempat rupture plak aterosklerosis
g.
Acute Myocard Infark (AMI) adalah Nekrosis miokard yang
disebabkan oleh tidak adekuatnya pasokan darah akibat sumbatan arteri koroner
h.
Acute Myocard Infark (AMI) adalah Nekrosis miokard yang
terjadi obstruksi arteri koronaria yang ditandai dengan nyeri hebat disertai
pucat, sesak nafas, mual, pusing dan berkeringat.
2. Epidemiologi
/ Insiden kasus :
Infark
miokard acut di amerika serikat menurut Preskom Kalbe, dr.Boenyamin Setiawan
PhD, adalah sekitar 1,5 juta kasus per tahun. Jika hal ini diterapkan di
Indonesia, berarti ada sekitar 270.000 kasus/tahun (asumsi penduduk 270 juta). Di
jakarta sendiri dengan estimasi penduduk 10 juta, diperkirakan ada sekitar
10.000 kasus/tahun. Dari kasus tersebut menurut Ir. Rustiyan Oen, MBA, Managing
Director RS Mitra Keluarga Group, diperkirakan 30% harus menemui ajalnya.
3. Klasifikasi
Ada dua jenis infark miokardial yang saling berkaitan dengan
morfologi, patogenisis, dan penampakan klinis yang cukup berbeda. (Dasar Patologi Penyakit, 1999 : 319)
1. Infark
Transmural
Infark yang mengenai
seluruh tebal dinding ventrikel. Biasanya disebabkan oleh aterosklerosis koroner
yang parah, plak yang mendadak robek dan trombosis oklusif yang superimposed.
2. Infark Subendokardial
Terbatas pada
sepertiga sampai setengah bagian dalam dinding ventrikel yaitu daerah yang
secara normal mengalami penurunan perfusi.
4. Penyebab / faktor predisposisi :
Infark Miokard akut (AMI) terjadi jika
suplai oksigen yang tidak sesuai dengan kebutuhan, sehingga menyebabkan
kematian sel-sel jantung. Beberapa
hal yang menimbulkan gangguan oksigenasi tersebut diantaranya:
I.
Berkurangnya suplai oksigen ke miokard
Menurunnya suplai
oksigen disebabkan oleh tiga faktor, antara lain:
a. Faktor
pembuluh darah
Hal ini berkaitan dengan kepatenan pembuluh darah sebagai jalan darah
mencapai sel-sel jantung. Beberapa hal yang bisa mengganggu kepatenan pembuluh
darah diantaranya: atherosclerosis (arteroma mengandung kolesterol), spasme (kontraksi
otot secara mendadak/ penyempitan saluran), dan arteritis (peradangan arteri).
Spasme pembuluh darah bisa juga terjadi dan biasanya dihubungkan dengan
beberapa hal antara lain : (i) mengkonsumsi obat-obatan tertentu, (ii) stress
emosional atau nyeri, (iii) terpapar suhu dingin yang ekstrim, (iv) merokok.
b. Faktor
Sirkulasi
Sirkulasi berkaitan dengan kelancaran
peredaran darah dari jantung ke seluruh tubuh sampai lagi ke jantung. Kondisi
yang menyebabkan gangguan pada sirkulasi diantaranya kondisi hipotensi.
Stenosis (penyempitan aorta dekat katup) maupun insufisiensi yang terjadi pada
katup-katup jantung (aorta, maupun trikuspidalis) menyebabkan menurunnya
cardiak out put (COP)
c. Faktor
darah
Darah merupakan pengangkut oksigen
menuju seluruh bagian tubuh. Hal-hal yang menyebabkan terganggunya daya angkut darah antara lain :
anemia, hipoksemia, dan polisitemia.
II. Curah jantung yang meningkat :
Aktifitas berlebihan
Emosi
Makan terlalu banyak
hypertiroidisme
III. Meningkatnya
kebutuhan oksigen tubuh
Pada penderita
penyakit jantung, meningkatnya kebutuhan oksigen tidak mampu dikompensasi, diantaranya
dengan meningkatnya denyut jantung untuk meningkatkan COP. Oleh karena itu, segala
aktivitas yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan oksigen akan memicu
terjadinya infark. Misalnya : aktivitas berlebih, emosi, makan terlalu banyak
dan lain-lain. Hipertropi miokard bisa memicu terjadinya infark karena semakin
banyak sel yang harus disuplai oksigen, sedangkan asupan oksigen menurun akibat
dari pemompaan yang tidak efektive.
5. Gejala Klinis :
a.
Nyeri dada yang tiba-tiba dan berlangsung terus
menerus, terletak di bawah bagian sternum dan perut atas.
b. Rasa nyeri yang tajam dan berat, biasa
menyebar ke bahu dan biasanya ke lengan kiri.
c. Nyeri muncul secara spontan dan menetap
selama beberapa jam samapi beberapa hari dan tidak akan hilang dngan istirahat
maupun nitrogliserin.
d. Nyeri sering disertai dengan nafas pendek,
pucat, berkeringat dingin, pusing dan kepala ringan, mual serta muntah
e. Keluhan yang khas adalah nyeri, seperti
diremas-remas atau tertekan
f.
Sering tampak ketakutan
g. Dapat ditemui bunyi jantung ke-2 yang
pecah paradoksal, irama gallop
h. Takikardi, kulit yang pucat, dingin dan
hipertensi ditemukan pada kasus yang ralative lebih berat.
6. Patofisiologi
Dua jenis komplikasi penyakit IMA terpanting ialah
komplikasi hemodinamik dan aritmia. Segera setelah terjadi IMA, daerah miokard
setempat akan memperlihatkan penonjolan sistolik (diskinesia) dengan akibat
penurunan ejection fraction,isi sekuncup (stroke volume) dan peningkatan volume
akhir sistolik dan akhir diastolik ventrikel kiri. Tekanan akhir diastolik
ventrikel kiri naik dengan akibat tekanan atrium kiri juga naik. Peningkatan tekanan
atrium kiri diatas 25 mmHg yang lama akan menyebabkan transudasi cairan ke
jaringan interstisium paru (gagal jantung). Pemburukan hemodinamik ini bukan
saja disebabkan karena daerah infark tetapi juga daerah istemik disekitarnya.
Miokard yang relatif masih baik akan mengadakan kompensasi, khususnya dengan
bantuan rangsang adrenergik, untuk mempertahankan curah jantung, tetapi dengan
akibat peningkatan kebutuhan oksigen miokard. Kompensasi ini jelas tidak akan
memadai bila daerah yang bersangkutan juga mengalami iskemia atau bahkan sudah
fibrotik.bila infark kecil dan miokard yang harus berkompensasi masih normal,
pemburukan hemodinamik akan minimal. Sebaliknya bila infark luas dan miokard
yang harus berkompensasi sudah buruk akibat iskemia atau infark lama, tekanan
akhir diatolik ventrikel kiri akan naik dan gagal jantung terjadi. Sebagai
akibat IMA sering terjadi perubahan bentuk serta ukuran ventrikel kiri dan
tebal jantung ventrikel baik yang terkena infark maupun yang non infark.
Perubahan tersebut menyebabkan remodelling ventrikel yang nantiya akan
mempengaruhi fungsi ventrikel, timbulnya aritmia dan prognosis.
Perubahan-perubahan
hemodinamik IMA ini tidak statis. Bila IMA makin tenang, fungsi jantung akan
membaik walaupun tidak diobati. Hal ini disebabkan karena daerah-daerah yang
tadinya iskemik mengalami perbaikan. Daerah-daerah diskinetik akibat IMA akan
menjadi akinetik, karena terbentuk jaringan parut yang kaku. Miokard sehat
dapat pula mengalami hipertropfi. Sebaliknya perburukan hemodinamik akan
terjadi bila iskemia berkepanjangan atau infark meluas. Terjadinya penyulit
mekanis seperti ruptur septum ventrikel, regurgitasi mitral akut dan aneurisma
ventrikel akan memperburuk faal hemodinamik jantung.
Aritmia
merupakan penyulit IMA tersering dan terjadi terutama pada menit-menit atau
jam-jam pertama setelah serangan. Hal ini disebabkan oleh perubahan-perubahan
masa refrakter, daya hantar rangsang dan kepekaan terhadap rangsang. Sistem
saraf autonom juga berperan besar terhadap terjadinya aritmia. Pasien IMA
inferior umumnya mengalami peningkatan tonus parasimpatis dengan akibat
kecenderungan bradiaritmia meningkat sedangkan peningkatan tonus simpatis pada
IMA inferior mempertinggi kecenderungan fibrilasi ventrikel dan perluasan
infark.
8. Pemeriksaan fisik :
a.
Tampilam umum (inspeksi) :
·
Pasien
tampak pucat, berkeringat, dan gelisah akibat aktivitas simpatis berlebih.
·
Pasien tampak sesak
·
Demam
derajat sedang (< 38° C) bisa timbul setelah 12-24 jam pasca infark.
·
Kombinasi
nyeri dada substernal > 30 menit dan banyak keringat dicurigai kuat adanya
stemi.
b. Denyut Nadi dan Tekanan Darah (palpasi):
·
Sinus
takikardi (100-120 x/menit)
·
Adanya
sinus bradikardi atau blok jantung sebagai komplikasi dari infark
c.
Pemeriksaan jantung (auskultasi):
·
Adanya bunyi jantung S4 dan S3 Gallop, Penurunan
Intensitas Bunyi Jantung Pertama Dan Split Paradoksikal Bunyi Jantung Kedua.
·
Dapat
ditemukan Mur Mur Mid Sistoloik atau Late Sistolik Apikal bersifat sementara.
9. Pemeriksaan diagnostik / Penunjang:
Menurut Dongoes
:
a. EKG : menunjukkna peningkatan gelombang S – T, iskemia
berarti ; penurunan atau datarnya gelombang T, menunjukkan cedera, : dan atau
adanya gelombang Q.
b. Enzim jantung dan iso enzim : CPK –MB (isoenzim yang ditemukan pada
otot jantung ) meningkat antara 4-6 jam,
memuncak dalam 12 – 24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam : LDH meningkat
dalam 12-24 jam, memuncak dalam 24-48 jam, dan memakan waktu lama untuk kembali
normal. AST ( aspartat amonitransfarase )meningkat (kurang nyata / khusus)
terjadi dalam 6-12 jam, memuncak dalam 24 jam, kembali normal dalam 3-4 hari.
c. Elektrolit : ketidak seimbangan dapat mempengaruhi konduksi
dan dapat mempengaruhi kontraktilitas.
d. Sel darah putih : leukosit (10.000-20.000) biasanya tampak pada
hari kedua setelah IM sehubungan dengan proses inflamasi.
e. Kecepatan sedimentasi : meningkat pada hari kedua-ketiga
setelah IM, menjukan iflamasi.
f. Kimia : mungkin normal tergantung abnormalitas fungsi /
perfusi organ akut / kronis
g. GDA/oksimetri nadi : dapat menunjukkan hipoksia atau proses
penyakit paru akut atau kronis.
h. Kolesteron atau trigelisarida serum : meningkat, menunjukkan arteriosklerosis
sebagai penyebab IM.
i.
Foto
dada : mungkin normal
atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK atau aneurisma ventrikuler.
j.
Ekokardiogram
: mungkin dilakukan untuk
menentukan dimensi serambi, gerakan katup/dinding ventrikuler dan konfigurasi
atau fungsi kutub.
k.
Pemeriksaan pencitraan nuklir :
-
Thalium : mengevaluasi aliran darah miokardia
dan status miokardia, contoh lokasi / luasnya IM akut atau sebelumnya.
-
Technium
: terkumpul dalam sel iskemi disekitar area nekrostik.
l.
Pencitraan darah jantung / MUGA : mengevaluasi
penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding regional, fraksi ejeksi
(aliran darah).
m. Angiografi koroner : menggambarkan penyempitan / sumbatan
arteri koroner dan biasanya dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan
serambi dan mengkaji fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi).
n. Digital substraction angiography (DSA) : teknik yang digunakan untuk
menggambarkan status penanaman arteri dan untuk mendeteksi penyakit arteri
perifer.
o. Nuclear magnetic esomance (NMR) : memungkinkan visualisasi aliran darah ,
serambi jantung atau katup ventrikel, lesi ventrikel, pembentukan plak, area
nekrosis / infark, dan bekuan darah.
p. Tes stress olahraga : menentukan respons kardiovaskuler
terhadap aktifitas.
10. Diagnosis / kriteria diagnosis :
a. Peningkatan kadar enzim atau
isoenzim merupakan indicator spesifik infark miokard akut yaitu kreatinin
fosfokinase (CPK/CK), SGOT, laktat dehidrogenase (LDH), alfa hidrokasi
butiratdehidrogenase(α-HBDH) troponin T dan isoenzim CPK MP atau CKMB.
Tetapi enzim ini tidak
spesifik karena dapat disebabkan oleh penyakit lain, seperti penyakit muscular,
hipotiroid, dan strok.
b. Pada EKG 12 lead, jaringan iskemik tetapi
masih berfungsi akan menghasilkan perubahan gelombang T, menyebabkan inervasi
saat aliran listrik diarahkan menjauh dari jaringan iskemik, lebih serius lagi,
jaringan iskemic akan mengubah segmen ST menyebabkan depresi ST
11. Komplikasi :
a. Oedema paru akut adalah timbunan cairan
abnormal dalam paru,baik di rongga interstisial maupun dalam alveoli. Oedema
paru merupakan tanda adanya kongesti paru tingkat lanjut, dimana cairan
mengalami kebocoran melalui dinding kapiler, merembes ke luar dan menimbulkan
dispnu yang sangat berat. Oedema terutama paling sering ditimbulkan oleh
kerusakan otot jantung akibat MI acut. Perkembangan oedema paru menunjukan
bahwa fungsi jantung sudah sangat tidak
adekuat.
b. Gagal jantung adalah ketidakmampuan
jantung untuk memompa darah yang adekuat.
c.
Syok
kardiogenik adalah terjadi ketika jantung tidak mampu mempertahankan kadiak
output yang cukup untuk perfusi jaringan. Hal ini biasanya muncul
setelah adanya penyakit infark miokardial.
d.
Efusi prekardial adalah mengacu pada masuknya cairan ke
dalam kantung pericardium.
e.
Rupture miokard adalah sangat jarang terjadi tetapi,
dapat terjadi bila terdapat infark miokardium, proses infeksi, penyakit
infeksi, penyakit pericardium atau disfungsi miokardium lain yang membuat otot
jantung menjadi lemah.
f.
Henti jantung adalah bila jantung tiba-tiba berhenti
berdenyut, akibatnya terjadi penghentian sirkulasi yang efektif.
12. Theraphy/
tindakan penanganan :
Tujuan
dari theraphy/tindakan penanganan pada infrak miokard adalah menghentikan
perkembangan serangan jantung, menurunkan beban kerja jantung (memberikan
kesempatan untuk penyembuhan) dan mencegah komplikasi lebih lanjut dan memperkecil kerusakan jantung sehingga memperkecil
kemungkinan terjadinya komplikasi.
a. Memberikan oksigen karena persediaan
oksigen yang melimpah untuk jaringan, dapat menurunkan beban kerja jantung.
Oksigen yang diberikan 5-6 L/menit apabila pasien tidak mengalami penyakit paru
sedangkan diberikan 2 L/menit untuk pasien dengan penyakit paru.
b. Pasang monitor kontinyu EKG segera, karena
aritmia yang mematikan dapat terjadi dalam jam-jam pertama pasca serangan.
c. Pasien dalam kondisi bedrest dapat
menurunkan kerja jantung sehingga mencegah kerusakan otot jantung lebih lanjut.
Mengistirahatkan jantung berarti memberikan kesempatan pada sel-selnya untuk
memulihkan diri.
d. Pemasangan IV line untuk memudahkan
pemberian obat-obatan dan nutrisi yang diperlukan dengan komposisi Nacl 0,9 %
atau Dextrosa 5%
e. Pasien yang dicurigai atau dinyatakan
mengalami infark seharusnya mendapatkan aspirin untuk mencegah pembekuan darah.
Sedangkan bagi pasien yang alergi terhadap aspirin dapat diganti dengan
clopidogrel
Obat-obatan yang digunakan pada pasien
dengan Infark miokard acut :
a. Obat-obatan trombolitik : obat ini
ditunjukkan untuk memperbaiki kembali aliran darah koroner, sehingga referfusi
dapat mencegah kerusakan miokard lebih lanjut. Obat-obat ini digunakan untuk
melarutkan bekuan darah yang menyumbat arteri koroner. Ada tiga macam jenis
obat tombolitik yaitu :
-
streptokinase
adalah obat yang efektif secara sistemik pada mekanisme pembekuan darah. Namun,
obat ini juga dapat menyebabkan terjadi potensial pendarahan sistemik dan
alergi dan hanya efektif jika diinjeksikan langsung ke arteri koroner.
-
aktivaktor
plasminogen tipe jaringan ini berbeda dengan sterptokinase yaitu mempunyai
kerja spesifik dalam melarutkan bekuan darah sehingga resiko pendarahan
sistemik bisa dikurangi.
-
Anistreplase
adalah obat trombolitik spesifik bekuan darah mempunyai efektifitas yang sama
dengan streptokinase dan t-PA (tisue plasminogen aktivator).
b. Beta Blocker : obat ini dapat menurunkan
beban kerja jantung. Bisa juga untuk mengurangi nyeri dada atau ketidaknyamanan
dan juga mencegah serangan jantung tambahan.
c. Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) :
Inhibitors obat ini menurunkan tekanan darah dan mengurangi cedera pada otot
jantung.
d. Antikoagulan : heparin
untuk memperpanjang waktu bekuan darah, sehingga dapat menurunkan kemungkinan
pembentukan trombus dan heparin adalah antigulan pilihan untuk membantu
memepertahankan integritas jantung.
e. Antiplatelet : obat ini dapat menghentikan
platelet untuk membentuk bekuan yang tidak diinginkan.
f. Analgetik : pemberian analgetik dibatasi
hanya untuk pasien yang tidak efektif diobati dengan nitrat dan antigulan.
g. Vasodilator. Untuk mengurangi
nyeri jantung diberi nitrogliserin (NTG) intravena. Nitrogliserin menyebabkan
dilatasi arteri dan vena yang mengakibatkan pengumpulan darah di perifer,
sehingga menurunkan jumlah darah yang kembali ke jantung dan mengurangi beban
kerja jantung. Obat ini lebih
baik diberikan dengan sublingual. Obat ini juga dapat menyebabkan penurunan
tekanan darah sistemik. Dosis ditentukan berdasar berat badan dan diukur
berdasarkan miligram per kilogram berat badan.
A. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. Aktifitas
Gejala :
· Kelemahan
· Kelelahan
Tanda :
· Takikardi
·
Dispnea pada istirahat atau aktifitas.
2.
Sirkulasi
Gejala
: riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan darah,
diabetes mellitus.
Tanda :
·
Tekanan darah
Dapat
normal / naik / turun
Perubahan
postural dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri.
· Nadi
Dapat
normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya dengan pengisian
kapiler lambat, tidak teratur (disritmia).
· Bunyi
jantung
Bunyi
jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal jantung atau penurunan
kontraktilits atau komplain ventrikel.
· Murmur
Bila ada
menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot jantung
· Friksi
; dicurigai Perikarditis
· Irama
jantung dapat teratur atau tidak teratur
· Edema
Distensi
vena juguler, edema dependent , perifer, edema umum, krekles mungkin ada dengan
gagal jantung atau ventrikel.
· Warna
Pucat
atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa atau bibir
3.
Integritas ego
Gejala :
menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati, perasaan ajal sudah
dekat, marah pada penyakit atau perawatan, khawatir tentang keuangan , kerja ,
keluarga.
Tanda :
menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku
menyerang, fokus pada diri sendiri, koma nyeri.
4.
Eliminasi
Tanda :
normal, bunyi usus menurun.
5.
Makanan atau cairan
Gejala :
mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau rasa terbakar
Tanda : berkeringat,
muntah, perubahan berat badan
6.
Higiene
Gejala
atau tanda : kesulitan melakukan tugas perawatan
7.
Neurosensori
Gejala :
pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istrahat )
Tanda :
perubahan mental, kelemahan
8. Nyeri
atau ketidaknyamanan
Gejala :
· Nyeri
dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan aktifitas ),
tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan nyeri
dalam dan viseral).
· Lokasi
:
Tipikal
pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat menyebar ke tangan, ranhang,
wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang, abdomen,
punggung, leher.
·
Kualitas :
“Crushing
”, menyempit, berat, menetap, tertekan.
·
Intensitas :
Biasanya
10 (pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri paling buruk yang pernah
dialami.
Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien
pasca operasi, diabetes mellitus , hipertensi, lansia
9.
Pernafasan:
Gejala :
·
dispnea saat aktivitas ataupun saat istirahat
·
dispnea nokturnal
· batuk
dengan atau tanpa produksi sputum
·
riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
Tanda :
·
peningkatan frekuensi pernafasan
· nafas
sesak / kuat
· pucat,
sianosis
· bunyi
nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum
2. Diagnosa
keperawatan
1.
Penurunan
curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi,irama jantung
2.
Gangguan
perfusi jaringan berhubungan dengan menurunnya curah jantung
3.
Bersihan
jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret
4.
Pola
napas tidak efektif berhubungan dengan pengembangan paru tidak optimal
5.
Kerusakan
pertukaran gas berhubungan dengan odema paru
6.
Nyeri
dada berhubungan dengan peningkatan asam laktat
7.
Kelebihan
volume cairan berhubungan dengan retensi natrium dan air
8.
Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat
9.
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokard
dan kebutuhan
10. Sindrome perawatan diri berhubungan dengan
kelemahan fisik
11. Ansietas berhubungan dengan ancaman
kematian
12. Kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurang informasi.
1.
Perencanaan
Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan
|
Perencanaan
Keperawatan
|
||
Tujuan
dan Kriteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Nyeri akut berhubungan dengan
|
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan nyeri dada hilang atau terkontrol dengan KH:
· Pasien mampu mendemonstrasikan penggunaan
teknik relaksasi.
· Pasien menunjukkan menurunnya tegangan,
rileks dan mudah bergerak.
|
1. Pantau atau catat karakteristik nyeri,
catat laporan verbal, petunjuk nonverbal, dan respon hemodinamik (meringis,
menangis, gelisah, berkeringat, mencengkeram dada, napas cepat, TD/frekwensi
jantung berubah).
2. Ambil gambaran lengkap terhadap nyeri
dari pasien termasuk lokasi, intensitas (0-10), lamanya, kualitas
(dangkal/menyebar), dan penyebarannya.
3. Observasi ulang riwayat angina
sebelumnya, nyeri menyerupai angina, atau nyeri IM. Diskusikan riwayat
keluarga.
4. Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri
dengan segera.
5. Berikan lingkungan yang tenang, aktivitas
perlahan, dan tindakan nyaman (mis,,sprei yang kering/tak terlipat, gosokan
punggung). Pendekatan pasien dengan tenang dan dengan percaya.
6. Bantu melakukan teknik relaksasi, mis,,
napas dalam/perlahan, perilaku distraksi, visualisasi, bimbingan imajinasi.
7. Periksa tanda vital sebelum dan sesudah
obat narkotik.
Kolaborasi :
8. Berikan oksigen tambahan dengan kanula
nasal atau masker sesuai indikasi.
9. Berikan obat sesuai indikasi, contoh:
|
1.
Variasi penampilan dan perilaku px
karena nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian. Kebanyakan px dengan IM akut
tampak sakit, distraksi, dan berfokus pada nyeri. Riwayat verbal dan
penyelidikan lebih dalam terhadap faktor pencetus harus ditunda sampai nyeri
hilang. Pernapasan mungkin meningkat senagai akibat nyeri dan berhubungan
dengan cemas, sementara hilangnya stres menimbulkan katekolamin akan meningkatkan
kecepatan jantung dan TD.
2.
Nyeri sebagai pengalaman subjektif dan
harus digambarkan oleh px. Bantu px untuk menilai nyeri dengan
membandingkannya dengan pengalaman yang lain.
3.
Dapat membandingkan nyeri yang ada dari
pola sebelumnya, sesuai dengan identifikasi komplikasi seperti meluasnya
infark, emboli paru, atau perikarditis.
4.
Penundaan pelaporan nyeri menghambat
peredaran nyeri/memerlukan peningkatan dosis obat. Selain itu, nyeri berat
dapat menyebabkan syok dengan merangsang sistem saraf simpatis, mengakibatkan
kerusakan lanjut dan mengganggu diagnostik dan hilangnya nyeri.
5.
Menurunkan rangsang eksternal dimana
ansietas dan regangan jantung serta keterbatasan kemampuan koping dan
keputusan terhadap situasi saat ini.
6.
Membantu dalam penurunan persepsi/respon
nyeri. Memberikan kontrol situasi, meningkatkan perilaku positif.
7.
Hipotensi/depresi pernapasan dapat
terjadi sebagai akibat pemberian narkotik. Masalah ini dapat meningkatkan
kerusakan miokardia pada adanya kegagalan ventrikel.
8.
Meningkatkan jumlah oksigen yang ada
untuk pemakaian miokardia dan juga mengurangi ketidaknyamanan sehubungan
dengan iskemia jaringan.
9.
Kolaborasi obat
·
Nitrat berguna untuk kontrol nyeri
dengan efek fasodilatasi koroner, yang meningkatkan aliran darah koroner dan
perfusi miokardia. Efek vasodilatasi perifer menurunkan volume darah kembali
ke jantung (preload) sehingga menurunkan kerja otot jantung dan kebutuhan
oksigen.
·
Untuk mengontrol nyeri melalui efek
hambatan rangsang simpatis, dengan begitu menurunkan TD sistolik dan
kebutuhan oksigen miokard. Catatan: penyekat B mungkin dikontraindikasikan
bila kontraktilitas miokardia sangat terganggu, karena inotropik negatif
dapat lebih menurunkan kontraktilitas.
·
Dapat dipakai pada fase akut/nyeri dada
berulang yang tak hilang dengan nitrogliserin untuk menurunkan nyeri hebat,
memberikan sedasi dan mengurangi kerja miokard.
·
Efek vasodilatasi dapat meningkatkan
aliran darah koroner, sirkulasi kolateral dan menurunkan preload dan
kebutuhan oksigen miokardia. Beberapa diantaranya mempunyai properti
antidisritmia.
|
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien dapat
berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan dengan KH:
·
Mendemonstrasikan
peningkatan toleransi aktifitas yang dapat diukur/maju dengan frekuensi
jantung/irama dan TD dalam batas normal pasien dan kulit hangat, merah muda
dan kering.
·
Melaporkan
tak adanya angina/terkontrol dalam rentang waktu selama pemberian obat.
|
1. Catat/dokumentasi frekuensi jantung,
irama dan perubahan TD sebelum, selama, sesudah aktifitas sesuai indikasi.
Hubungkan dengan laporan nyeri dada/napas pendek.
2. Tingkatkan istirahat (tempat
tidur/kursi). Batasi aktifitas pada dasar nyeri/respon hemodinamik. Berikan
aktifitas senggang yang tidak berat.
3. Batasi pengunjung dan/atau kunjungan
oleh pasien.
4. Anjurkan pasien menghindari peningkatan
tekanan abdomen, contoh: mengejan saat defekasi.
5. Jelaskan pola peningkatan bertahap dari
tingkat aktifitas, mis,, bangun dari kursi bila tak ada nyeri, ambulasi dan
istirahat selama 1 jam setelah makan.
6. Observasi ulang tanda/gejala yang
menunjukkan tidak toleran terhadap aktifitas atau memerlukan pelaporan pada
perawat/dokter.
Kolaborasi:
7. Rujuk ke program rehabilitasi
jantung.
|
1.
Kecenderungan menentukan respon
pasien terhadap aktifitas dan dapat mengindikasikan penurunan oksigen
miokardia yang memerlukan penurunan tingkat aktifitas/kembali tirah baring,
perubahan program obat, penggunaan oksigen tambahan.
2.
Menurunkan kerja miokardia/konsumsi
oksigen, menurunkan resiko komplikasi (mis,, perluasan IM).
3.
Pembicaraan yang panjang sangat
mempengaruhi pasien; namun periode kunjungan yang tenang bersifat terapeutik.
4.
Aktifitas yang memerlukan menahan napas
dan menunduk (manufer valsava) dapat mengakibatkan bradikardi, juga menurunkan
curah jantung, dan takikardi.
5.
Aktifitas yang maju memberikan kontrol
jantung, meningkatkan regangan dan mencegah aktifitas berlebihan.
6.
Palpitasi, nadi tak beratur, adanya
nyeri dada, atau dispnea dapat mengindikasikan kebutuhan perubahan progam
olahraga atau obat.
7.
Memberikan dukungan/pengawasan tambahan
berlanjut dan partisipasi proses penyembuhan dan kesejahteraan.
|
Cemas berhubungan dengan
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien menyatakan
penurunan cemas dengan KH:
·
mengenal
perasaannya
·
mengidentifikasi
penyebab dan faktor yang mempengaruhinya secara tepat.
·
Mendemonstrasikan
pemecahan masalah positif.
|
1. Identifikasi dan ketahui persepsi pasien
terhadap ancaman/situasi. Dorong pasien mengekspresikan dan jangan menolak
perasaan marah, kehilangan, takut, dll.
2. Catat adanya kegelisahan, menolak,
dan/atau menyangkal (afek tak tepat atau menolak mengikuti program medis).
3. Mempertahankan gaya percaya (tanpa
keyakinan yang salah).
4. Observasi tanda verbal/non verbal
kecemasan pasien. Lakukan tindakan
bila pasien menunjukkan perilaku merusak.
5. Terima penolakan pasien tetapi jangan
diberi penguatan terhadap penggunaan penolakan. Hindari konfrontasi.
6. Orientasi pasien atau orang terdekat
terhadap prosedur ruyin dan aktivitas yang diharapkan. Tingkatkan partisipasi
bila mungkin.
7. Jawab semua pertanyaan secara nyata.
Berikan informasi konsisten; ulangi sesuai indikasi.
8. Dorong pasien atau orang terdekat untuk
mengkomunikasikan dengan seseorang, berbagi pertanyaan dan masalah.
9. Berikan periode istirahat/waktu tidur
tidak terputus, lingkungan tenang, dengan tipe kontrol pasien, jumlah
rangsang eksternal.
10. Dukung kenormalan proses kehilangan,
melibatkan waktu yang perlu untuk penyelesaian.
11. Berikan privasi untuk pasien dan orang
terdekat.
12. Dorong keputusan tentang harapan
setelah pulang.
Kolaborasi
13. Berikan anticemas/hipnotik
sesuai indikasi contoh, diazepam (valium); fluarazepam (dalmane); lorazepam
(ativan).
|
1.
Koping terhadap nyeri dan trauma
emosi IM sulit. Pasien dapat takut mati dan atau cemas tentang lingkungan.
Cemas berkelanjutan (sehubungan dengan masalah tentang dampak serangan
jantung pada pola hidup selanjutnya, masih tak teratasi dan efek penyakit
pada keluarga).
2.
Penelitian menunjukkan adanya
hubungan antara derajat/ekspresi marah atau gelisah dan peningkatan resiko
IM.
3.
Pasien dan orang terdekat dapat
dipengaruhi oleh cemas/ketidaktenangan anggota tim kesehatan. Penjelasan yang
jujur dapat menghilangkan kecemasan.
4.
Pasien mungkin tidak menunjukkan
masalah secara langsung, tetapi kata-kata atau tindakan dapat menunjukkan
rasa agitasi, marah, dan gelisah. Intervensi dapat membantu pasien
meningkatkan kontrol terhadap perilakunya sendiri.
5.
Menyangkal dapat menguntungkan
dalam menurunkan cemas tetapi dapat menunda penerimaan terhadap kenyataan
situasi saat ini. Konfrontasi dapat meningkatkan reasa marah dan meningkatkan
penggunaan penyangkalan, menurunkan kerja sama, dan kemungkinan memperlambat
penyembuhan.
6.
Perkiraan dan informasi dapat menurunkan
kecemasan pasien.
7.
Informasi yang tepat tentang situasi
menurunkan takut, hubungan yang asing antara perawat-pasien, dan membantu
pasien/orang terdekat untuk menerima situasi secara nyata. Perhatian yang
diperlukan mungkin sedikit, dan pengulangan informasi membantu penyimpanan
informasi.
8.
Berbagi informasi membentuk
dukungan/kenyamanan dan dapat menghilangkan tegangan terhadap kekhawatiran
yang tidak diekspresikan.
9.
Penyimpanan energi dan meningkatkan
kemampuan koping.
10. Dapat memberikan keyakinan bahwa perasaannya merupakan respon normal
terhadap situasi/perubahan yang di terima.
11. Memungkinkan waktu untuk mengekspresikan perasaan, menghilangkan cemas,
dan perilaku adaptasi.
12. Membantu pasien/orang terdekat untuk mengidentifikasi tujuan nyata, juga
menurunkan resiko kegagalan menghadapi kenyataan adanya keterbatasan
kondisi/memacu penyembuhan.
13. Meningkatkan relaksasi/istirahat dan menurunkan rasa cemas.
|
Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan resiko tinggi penurunan
curah jantung tidak terjadi dengan KH :
·
mempertahankan
stabilitas hemodinamik, contoh TD, curah jantung dalam rentang normal,
haluaran urine adekuat, penurunan/takadanya disritmia.
·
Melaporkan
penurunan episode dispnea, angina.
·
Mendemostrasikan
peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
|
1. Auskultasi TD. Bandingkan kedua tangan
dan ukur dengan posisi tidur, duduk, dan berdiri bila bisa.
2. Evaluasi kualitas dan kesamaan nadi
sesuai indikasi
3. Catat terjadinya S3, S4.
4. Auskultasi bunyi napas.
5. Pantau frekuensi jantung dan irama.
Catat disritmia melalui telemetri.
6. Catat respon terhadap aktivitas dan
peningkatan istirahat dengan tepat
7. Sediakan alat/obat darurat.
Kolaborasi
8. Berikan oksigen tambahan sesuai
indikasi.
9. Pertahankan cara masuk IV/heparin-lok
sesuai indikasi.
10. Observasi ulang seri EKG.
11. Observasi foto dada.
12. Pantau data laboratorium : contoh enzim
jantung, GDA, elektrolit.
13. Berikan obat antidisritmia sesuai
indikasi.
14. Bantu pemasangan/mempertahankan pacu
jantung bila digunakan.
|
1.
Hipotensi dapat terjadi sehubungan
dengan disfungsi ventrikel, hipoperfusi miokardia dan rangsang vagal. Namun,
hipertensi juga fenomena umum, kemungkinan berhubungan dengan nyeri, cemas,
pengeluaran katekolamin, dan/atau masalah vaskular sebelumnya. Hipotensi
ortostatik(postural) mungkin berhubungan dengan komplikasi infark, contoh
GJK.
2.
Penurunan curah jantung mengakibatkan
menurunnya kelemahan/kekuatan nadi. Ketidakteraturan diduga disritmia, yang
memerlukan evaluasi lanjut.
3.
S3 biasanya dihubungkan GJK tetapi juga
terlihat pada adanya gagal mitral (regurgitasi) dan kelebihan kerja ventrikel
kiri yang disertai infark berat. S4 mungkin berhubungan dengan iskemia
miokardia, kekakuan ventrikel, dan hipertensi pulmonal atau sistemik.
4.
Krekels menunjukkan kongesti paru
mungkin terjadi karena penurunan fungsi miokardia.
5.
Frekuaensi dan irama jantung berespon
terhadap obat dan aktivitas sesuai dengan terjadinya komplikasi/disritmia
yang mempengaruhi fungsi jantung atau meningkatkan kerusakan iskemik.
Denyutan/fibrilasi akut atau kronis mungkin terlihat pada arteri koroner atau
keterlibatan katup dan mungkin atau tidak mungkin merupakan kondisi patologi.
6.
Kelebihan latihan meningkatkan
konsumsi/kebutuhan oksigen dan mempengaruhi fungsi miokardia.
7.
Sumbatan koroner tiba-tiba, disritmia
letal, perluasan infark, atau nyeri hádala situasi yang dapat mencetuskan
henti jantung, memerlukan terapi penyelamatan hidup segera/memindahkan ke
unit perawatan kritis.
8.
Meningkatkan jumlah sediaan oksigen
untuk kebutuhan miokard, menurunkan iskemia dan disritmia lanjut.
9.
Jalur yang paten penting untuk pemberian
obat darurat pada adanya disritmia atau nyeri dada.
10. Memberikan informasi sehubungan dengan kemajuan/perbaikan infark, status
fungsi ventrikel, keseimbangan elektrolit dan efek teraphi obat.
11. Dapat menunjukkan edema paru sehubungan dengan disfungsi ventrikel.
12. Enzim memantau perbaikan/perluasan infark. Adanya hipoksia menunjukkan
kebutuhan tambahan oksigen. Keseimbangan elektrolit, mis,,
hipokalemia/hiperkalemia sangat besar berpengaruh pada irama jantung/kontraktilitas.
13. Disritmia biasanya pada secara simptomatis kecuali untuk PVC, dimana
sering mengancam secara profilaksis.
14. pemacu mungkin tindakan dukungan sementara selama fase akut/penyembuhan
atau mungkin diperlukan secara permanen bila infark sangat berat merusak
sistem konduksi.
|
Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan resiko tinggi perubahan
perfusi jaringan tidak terjadi dengan KH:
·
mendemonstrasikan
perfusi adekuat secara individual, mis,, kulit hangat dan kering, ada nadi
perifer/kuat, TTV dalam batas normal, pasien sadar/berorientasi, keseimbangan
pemasukan/pengeluaran, tak ada edema, bebas nyeri/ketidaknyamanan.
|
1. Selidiki perubahan tiba-tiba atau
gangguan mental kontinu, contoh: cemas, bingung, latergi, pingsan.
2. Lihat pucat, sianosis, belang, kulit
dingin/lembab. Catat kekuatan nadi perifer.
3. Observasi tanda Homan (nyeri pada betis
dengan posisi dorsofleksi), eritema, edema.
4. Dorong latihan kaki aktif/pasif, hindari
latihan isometrik.
5. Anjurkan pasien dalam melakukan/melepas
kaos kaki anti embolik bila dilakukan.
6. Pantau pernapasan, catat kerja
pernapasan.
7. Observasi fungsi gastroentestinal, catat
anoreksia, penurunan/tak ada bising usus, mual/muntah, distensi abdomen,
konstipasi.
8. Pantau pemasukan dan catat perubahan haluaran
urine. Catat berat jenis sesuai indikasi.
Kolaborasi
9. Pantau data laboratorium contoh, GDA,
BUN, kreatinin, elektrolit.
10. Beri obat sesuai indikasi, contoh:
|
1.
Perfusi serebral secara langsung
sehubungan dengan curah jantung dan juga dipengaruhi oleh elektrolit/variasi
asam-basa, hipoksia, atau emboli sistemik.
2.
vasokontriksi sistemik diakibatkan oleh
penurunan curah jantung mungkin dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit dan
penurunan nadi.
3.
Indikator trombosis vena dalam.
4.
Menurunkan stasis vena. Meningkatkan
aliran balik vena dan menurunkan resiko tromboflebitis. Namun, latihan
isometrik dapat sangat mempengaruhi curah jantung dengan meningkatkan kerja
miokardia dan konsumsi oksigen.
5.
Membatasi stasis vena, memperbaiki
aliran balik vena dan menurunkan resiko tromboflebitis pada pasien yang
terbatas aktivitasnya.
6.
Pompa jantung gagal dapat mencetuskan
distres pernapasan. Namun, dispnea tiba-tiba/berlanjut menunjukkan komplikasi
tromboemboliparu.
7.
Penurunan aliran darah ke mesenteri
dapat mengakibatkan disfungsi gastroentestinal, contoh kehilangan
peristaltik. Masalah potensial/aktual karena penggunaan analgesik, penurunan
aktivitas dan perubahan diet.
8.
Penurunan pemasukan/mual terus-menerus
dapat mengakibatkan penurunan volume sirkulasi yang berdampak negatif pada
perfusi dan fungsi organ. Berat jenis mengukur status hidrasi dan fungsi
ginjal.
9.
Indikator perfusi/fungsi organ.
10. Kolaborasi obat :
·
Dosis rendah heparin diberikan secara
profilaksis pada pasien resiko tinggi (contoh, fibrilasi atrial, kegemukan,
aneurisma ventrikel, atau riwayat tromboflebitis) dapat untuk menurunkan
resiko tromboflebitis atau pembentukan trombus mural. Coumadin obat pilihan
untuk terapi antikoagulan jangka panjang/pasca pulang.
·
Menurunkan atau menetralkan asam
lambung, mencegah ketidaknyamanan dan irigasi gaster, khususnya adanya
penurunan sirkulasi mukosa.
|
Resiko tinggi kelebihan volume cairan berhubungan dengan
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan resiko tinggi kelebihan
volume cairan tidak terjadi dengan KH :
·
Mempertahankan
keseimbangan cairan seperti dibuktikan oleh TD dalam batas normal.
·
Tak
ada distensi vena perifer/vena dan edema dependen.
·
Paru
bersih dan berat badan stabil.
|
1. Auskultasi bunyi napas untuk adanya
krekels.
2. Catat DVJ, adanya edema dependen.
3. Ukur masukan/haluaran, catat
pengeluaran, sifat konsntrasi. Hitung keseimbangan cairan.
4. Timbang berat badan tiap hari.
5. Pertahankan pemasukan total cairan 2000
ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler.
Kolaborasi
6. Berikan diet natrium rendah.
7. Berikan diuretik, contoh furosemid
(lazix); hidralazin (apresoline); spironolakton dengan hidronolakton
(aldactone)
8. Pantau kalium sesuai indikasi.
|
1.
Dapat mengindikasikan edema paru
sekunder akibat dekompensasi jantung.
2.
Dicurigai adanya gagal
kongestif/kelebihan volume cairan.
3.
Penurunan curah jantung yang
mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensi natrium/air, dan penurunan
haluaran urine. Keseimbangan cairan positif berulang pada adanya gejala lain
menunjukkan kelebihan volume/gagal jantung.
4.
Perubahan tiba-tiba pada berat
menunjukkan gangguan keseimbangan cairan.
5.
Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang
dewasa tetapi memerlukan pembatasan adanya dekompensasi jantung.
6.
Natrium meningkatkan retensi cairan dan
harus dibatasi.
7.
Mungkin perlu untuk memperbaiki
kelebihan cairan. Obat pilihan biasanya tergantung gejala asli akut/kronis.
8.
Hipokalemia dapat membatasikeefektifan
terapi da dapat terjadi dengan penggunaan diuretik penurunan kalium.
|
Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pengetahuan pasien
bertambah dengan KH :
·
menyatakan
pemahaman penyakit jantung sendiri, rencana pengobatan, tujuan pengobatan,
dan efek samping/reaksi merugikan.
·
Menyebutkan
gejela yang, memerlukan perhatian cepat.
·
Mengidentifikasi/merencanakan
perubahan pola hidup yang perlu.
|
1. Observasi tingkat pengetahuan
pasien/orang terdekat dan kemampuan /keinginan untuk belajar.
2. Waspada terhadap tanda penghindaran,
contoh mengubah subjek dari informasi yang ada perilaku ekstrem
(menolak/eurofia).
3. Berikan informasi dalam bentuk belajar
yang bervariasi, contoh buku program, tip audio/visual, pertanyaan/jawaban,
aktivitas kelompok.
4. Beri penguatan penjelasan faktor resiko,
pembatasan diet/aktivitas, obat dan gejala yang memerlukan perhatian medis
cepat.
5. Dorong mengidentifikasi/penurunan faktor
resiko individu, contoh merokok/konsumsi alkohol, kegemukan.
6. Peringatkan untuk menghindari aktivitas
isometrik, manuver valsava dan aktivitas yang memerlukan tangan diposisikan
diatas kepala.
7. Tekankan pentingnya mengikuti perawatan
dan mengidentifikasi sumber dimasyarakat/kelompok pendukung, mis,, program
rehabilitasi jantung, ’kelompok koroner,’ klinik penghentian merokok.
8. Beri tekanan pentingnya menghubungi
dokter bila nyeri dada, perubahan pola angina atau terjadi gejala lain.
|
1.
Perlu untuk pembuatan rencana instruksi
individu. Menguatkan harapan bahwa ini akan menjadi ’pengalaman belajar.’
Mengidentifikasi secara verbal kesalahpahaman dan memberikan penjelasan.
2.
Mekanisme pertahanan alamiah seperti
marah, menolak pentingnya situasi, dapat menghambat belajar, mempengaruhi
respon pasien dan kemampuan mengasimilasi informasi. Perubahan untuk
mengurangi pola/struktur formal mungkin menjadi lebih efektif sampai
pasien/orang terdekat siap untuk menerima/memahami situasi tersebut.
3.
Penggunaan metode belajar yang
bermacam-macam meningkatkan penyerapan materi.
4.
Memberikan kesempatan pada
pasien untuk mencakup informasi dan mengasumsi kontrol/partisipasi dalam
program rehabilitasi.
5.
Perilaku ini mempunyai efek
merugikan langsung pada fungsi kardiovaskuler dan dapat mengganggu
penyembuhan, meningkatkan resiko terhadap komplikasi.
6.
Aktivitas ini sangat meningkatkan kerja
jantung/konsumsi oksigen miokardia dan dapat merugikan kontraktilitas/curah
jantung.
7.
Memberi tekanan bahwa ini adalah masalah
kesehatan berlanjut dimana dukungan/bantuan diperlukan setelah pulang.
8.
Evaluasi berkala/intervensi dapat
mencegah komplikasi.
|
Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pola napas kembali
efektif dengan KH :
·
|
1. Evaluasi frekuensi pernapasan dan
kedalaman. Catat upaya pernapasan, contoh adanya dispnea, penggunaan otot
bantu napas, pelebaran nasal.
2. Auskultasi bunyinapas. Catat area yang
menurun/tak ada bunyi napas dan adanya bunyi tambahan, contoh, krekels atau
ronki.
3. Observasi penyimpangan dada. Selidiki
penurunan ekspansi atau ketidaksimetrisan gerakan dada.
4. Lihat kulit dan membran mukosa untuk
adanya sianosis.
5. Tinggikan kepala tempat tidur, letakan
pada posisi duduk tinggi atausemi Fowler. Bantu ambulasi dini/peningkatan
waktu tidur.
6. Tekankan menahan dada dengan bantal
selama napas dalam/batuk.
Kolaborasi
7. Berikan tambahan oksigen dengan kanula
atau masker, sesuai indikasi.
|
1.
Respons pasien bervariasi. Kecepatan dan
upaya mungkin meningkat karena nyeri,
takut. Penekanan pernapasan dapat terjadi dari penggunaan analgesik
berlebihan. Pengenalan dini dan pengobatan ventilasi abnormal dapat mencegah
komplitasi.
2.
Bunyi napas sering menurun pada dasar
paru selama periode waktu setelah pembedahan sehubungan dengan terjadinya
atelektasis. Krekels atau ronki dapat menunjukkan akumulasi cairan.
3.
Cairan pada area pleural mencegah
ekspansi lengkap (biasanya satu sisi) dan memerlukan pengkajian lanjut status
ventilasi.
4.
Sianosis bibir, kuku daun telinga atau
keabu-abuan umum menunjukkan kondisi hipoksia sehubungan dengan gagal jantung
atau komplikasi paru.
5.
Merangsang fungsi pernapasan/ekspansi
paru. Efektif pada pencegahan dan perbaikan kongesti paru.
6.
Menurunkan pada tegangan insisi,
meningkatkan ekspansi paru maksimal.
7.
Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru
untuk kebutuhan sirkulasi, khususnya pada adanya penurunan/gangguan
ventilasi.
|
Sindrom defisit perawatan diri berhubungan dengan
|
Setelah diberikan
asuhan keperawatan diharapkan terdapat perilaku peningkatan dalam pemenuhan
perawatan diri dengan kriteria hasil :
·
klien tampak bersih dan segar
·
Klien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai dengan batas kemampuan
·
klien dapat memenuhi kebutuhan
toileting sesuai toleransi
|
1. Observasi kemampuan dan tingkat
kekurangan (dengan menggunakan skala 0-4) untuk melakukan kebutuhan
sehari-hari
2. Pertahankan dukungan,sikap yang tegas.
Beri pasien waktu yang cukup untuk mengerjakan tugasnya.
3. Berikan umpan balik yang positif untuk
setiap usaha yang dilakukan atau keberhasilannya.
4. Berikan pispot di samping tempat tidur bila tak mampu ke kamar mandi.
5. Letakkan alat-alat makan dan alat-alat
mandi dekat pasien.
6. Bantu pasien melakukan perawatan dirinya
apabila diperlukan.
|
1.
Membantu dalam
mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual.
2.
Pasien akan memerlukan empati tetapi
perlu untuk mengetahui pemberi asuhan yang akan membantu pasien secara konsisten.
3.
Meningkatkan perasaan makna diri.
Meningkatkan kemandirian, dan mendorong pasien untuk berusaha secara kontinu
4.
Mengupayakan menggunakan bedpan dapat
melelahkan dan secara fisiologis penuh stres, juga meningkatkan kebutuhan
oksigen dan kerja jantung.
5.
Memudahkan pasien menjangkau alat-alat
tersebut.
6.
Untuk membantu pasien memenuhi kebutuhan
perawatan dirinya.
|
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat
|
Setelah diberikan
asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan KH :
·
Menunjukkan peningkatan berat badan, mencapai rentang yang diharapkan
individu.
·
Klien menyatakan pemahaman tentang kebutuhan nutrisi.
|
1. Buat tujuan berat badan minimum dan
kebutuhan nutrisi harian.
2. Beri makan sedikit tapi sering.
3. Pertahankan jadwal penimbangan berat
badan teratur seperti minggu, rabu, dan jumat sebelum makan pagi pada pakaian
yang sama, dan gambarkan hasilnya.
4. Berikan makanan kecil/mudah dikunyah.
Batasi asupan kafein, contoh kopi, coklat, cola.
5. Berikan perawatan mulut teratur, sering,
termasuk minyak untuk bibir.
|
1.
Malnutrisi adalah kondisi gangguan minat
yang menyebabkan depresi, agitasi dan mempengaruhi fungsi
kognitif/pengambilan keputusan. Perbaikan status nutrisi meningkatkan
kemampuan berpikir dan kerja psikologis.
2.
Dilatasi gaster dapat terjadi bila
pemberian makan terlalu cepat.
3.
Memberikan catatan lanjut penurunan
dan/atau peningkatan berat badan yang akurat. Juga menurunkan obsesi tentang
peningkatan dan/atau penurunan.
4.
Makan besar dapat meningkatkan kerja
miokardia dan menyebabkan rangsang vagal mengakibatkan bradikardia/denyut
ektopik. Kafein adalah perangsang langsung pada jantung yang dapat
meningkatkan frekuensi jantung.
5.
Mencegah ketidaknyamanan karena mulut
kering dan bibir pecah yang disebabkan oleh pembatasan cairan.
|
Bersihan jalan nafas
tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret
|
Setelah diberikan
askep diharapkan kepatenan jalan nafas pasien terjaga dengan
KH :
û RR
dalam batas normal
û Irama
nafas dalam batas normal
û
Pergerakan sputum keluar dari jalan nafas
û
Bebas dari suara nafas tambahan
|
a. Auskultasi bunyi nafas. Catat adanya bunyi nafas,
missal mengi, krekels, ronki.
b.
Kaji/pantau frekuensi pernafasan. Catat rasio inspirasi dan ekspirasi.
c.
Catat adanya derajat dispnea misalnya gelisah, ansietas, dan distress
pernafasan.
d.
Kaji pasien untuk posisi yang nyaman misal peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.
e. Dorong/bantu
latihan nafas abdomen atau bibir.
f. Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai
toleransi jantung. Memberikan air hangat. Anjurkan
masukan cairan sebagai pengganti makanan
kolaborasi
g. Berikan
obat sesuai indikasi:
- Bronkodilator(epinefrin)
- Xantin(aminofilin)
- Kromolin
- Deksametason
,antihistamin
- Antimicrobial
|
a.
Beberapa
derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat dimanisfestasikan
adanya bunyi nafas adventisius ( penyebaran krekels basah, emfisema, asma
berat)
b.
Takipnea
biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau
selama stress/adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan
frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
c.
Disfungsi
pernafasan adalah variable yang tergantungt pada tahap proses kronis selain
proses akut yang menimbulkan perawatan dirumah sakit(infeksi dan reaksi
alergi)
d.
Peninggian
kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan
gravitasi .
e. Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea.
f.
Hidrasi membantu menurunkan kekentalan secret,
mempermudah pengeluaran. Penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme
bronkus. Cairan selama makan dapat meningkatkan distensi gaster dan tekanan
pada diafragma.
-
Merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti
local,menurunkan spasme jalan nafas,mengi dan produksi mukosa.
-
Menurunkan edema mukosa dan spasme otot polos dengan
peningkatan langsung siklus AMP.
-
Menurunkan inflamasi jalan nafas local dan edema dengan
menghambat hismatin dan mediator lain.
-
Kortikosteroid digunakan untuk mencegah reaksi
alergi/menghambat pengeluaran histamine,menurunkan berat badan dan frekuensi
spasme jalan nafas inflamasi pernafasan dan dispnea.
-
Banyak antimicrobial yang diindikasikan untuk
mengontrol infeksi pernafasan/pneumonia.meskipun tidak ada pneumonia,terapi dapat
meningkatkan aliran udara dan memperbaiki hasil
|
Kerusakan pertukaran
gas berhubungan dengan
|
Setelah diberikan
asuhan keperawatan diharapkan pasien dapat Mempertahankan tingkat
oksigen yang adekuat untuk
keperluan tubuh. Kriteria hasil :
o
Tanpa terapi oksigen, SaO2 95 % dank lien
tidan mengalami sesak napas.
o
Tanda-tanda vital dalam batas normal
o
Tidak ada tanda-tanda sianosis.
|
a.
Kaji frekuensi,kedalaman
pernafasan
b.
Tinggikan kepala tempat
tidur,bantu pasien untukmemilih posisi yang mudah untuk bernafas.dorong nafas
dalam secara perlahan sesuai dengan kebutuhan/toleransi individu.
c.
Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membrane mukosa.
d. Dorong mengeluarkan sputum,penghisapan bila
diindikasikan.
e.
Auskultasi bunyi nafas,catat area penurunan aliran udara /bunyi tambahan.
f.
Palpasi fremitus
g.
Awasi tingkat kesadaran/status
mental.selidiki adanya perubahan.
h. Evaluasi
tingkat toleransi aktivitas.berikan lingkungan yang tenang.batasi aktivitas
pasien atau dorong untuk tidur/istirahat pada fase akut. Munkinkan pasien melakukan aktivitas secara bertahap
dan tingkatkan sesuai teleransi individu.
i.
Awasi tanda vital dan irama jantung
Kolaborasi
j.
Awasi /gambarkan seri GDA dan
nadi oksimetri.
k.
Berikan oksigen tambahan yang
sesuai dengan indikasi hasil GDA dan
toleransi pasien.
l.
Berikan penekanan
SSP(sedative/narkotik ,antiansietas)dg hati-hati.
m.
Bantu intubasi,berikan/
pertahankan ventilasi mekanik & pindahkan ke UPI sesuai instruksi untuk
pasien.
|
a.
Berguna
dalam evaluasi derajat stress pernapasan/kronisnya proses penyakit.
b.
Pengiriman
oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan jalan nafas
u/ menurunkan kolaps jalan nafas,dispnea dan kerja nafas.
c.
Sianosis
munkin perifer(terlihat pd kuku)/sentral(sekitar bibir/daun telinga).
Keabu-abuan dan sianosis sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia.
d.
Kental,tebal
& banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas dan jalan
nafas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif.
e.
Bunyi
nafas munkin redup karena penurunan aliran udara. Adanya mengi
mengidinfikasikan adanya spasme bronkus.
f.
Penurunan
getaran vibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau udara terjebak.
g.
Gelisah
dan ansietas adalah manifestasi umum pd hipoksia. GDA memburuk disertai
bingung/somnolen menunjukan disfungsi serebral yang berhubungan dengan
hipoksemia.
h.
Selama
distres pernafasan berat pasien secara total tidak mampu melakukan aktivitas
sehari-hari karena hipoksemia dan dispnea. Istirahat diselingi aktivitas
perawatan masih penting bagi program pengobatan. Namun,program latihan
ditujukan untuk meningkatkan ketahanan dan kekuatan tanpa menyebabkan dispnea
berat dan dapat meningkatkan rasa sehat.
i.
Takikardi,disritmia,dan
perubahan TD dapat menunjukan efek hipoksemia sistemik pd fungsi jantung.
j.
PaCO2
biasanya meningkat(bronchitis,emfisema) & PaO2 secara umum
menurun,sehingga hipoksia terjadi dengan derajat lebih kecil/lebih
besar.catatan:PaCO2 “normal”/meningkat menandakan kegagalan
pernafasan yang akan datang selama asmatik.
k.
Dapat
memperbaiki/mencegah memburuknya hipoksia.catatan:emfisema kronis,mengatur pernafasan pasien ditentukan
oleh kadar CO2 dan munkin dikeluarkan dengan peningkat PaO2
berlebihan.
l.
Digunakan
untuk mengontrol ansietas/gelisah yang meningkatkan konsumsi
oksigen,eksaserbasi dispnea. Dipantau ketat karena dapat terjadi gagal nafas.
m. Terjadinya/kegagalan nafas yang
akan datang memerlukan upaya penyelamatan hidup.
|
4. Evaluasi
1. Dx
1 : Nyeri berkurang / hilang
2. Dx.2 : Pasien
dapat melakukan aktivititasnya dengan normal
3.
Dx 3 : cemas pasien dapat diatasi.
4. Dx 4 : pasien tidak terjadi penurunan curah
jantung
5. Dx 5 : pasien
mendapatkan informasi yang tepat mengenai IMA.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana
Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan
Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta: EGC
Reeves, Charlene J., dkk.
2001. Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: Salemba
Medika
Guyton, Arthur C., dkk. 1997. Buku
Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: EGC
Price, A. Sylvia. 1995. Patofisiologi
Edisi 4. Jakarta: EGC
maav mngganggu mas, aq mau minta gambar pathway yg lebih jelas bs gag?
BalasHapusthanks #_@.............
BalasHapusmakasih infox
BalasHapusterimakasih banyak, sangat membantu sekali...
BalasHapusMaaf mas mengganggu, gini mas aku mau nanya aku lagi ngerjain pembahasan bab 4 buat skripsi mci, yg ingin aku tanyakan apa penyebab ckmb dan sgot itu meningkat dan didapat pengelompokan hasilya penelitianku itu utuk ckmb 41% dari total 34 pasien dan 57% sgot dri total pasien, sementara dosenku mnta pembahasan utuk masalah itu mas..mhon bantuannya mas dan kalau ada mnta aku sumbernya
BalasHapustestimoni walatra sehat mata
BalasHapus