KONSEP
DASAR PENYAKIT
I.
PENGERTIAN
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah
persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya
di atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmhg dan tekanan diastolic 90 mmHg. (Suzanne C. Smeltzer, 2001)
Tekanan darah tinggi
atau hipertensi
adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang
mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90
mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. (http://www.ningharmanto.com/2009/01/hipertensi/)
Secara sederhana, seseorang dikatakan menderita Tekanan
Darah Tinggi jika tekanan Sistolik lebih besar daripada 140 mmHg atau tekanan
Diastolik lebih besar dari 90 mmHg. Tekanan darah ideal adalah 120 mmHg untuk sistolik
dan 80 mmHg untuk Diastolik.
Pada pemeriksaan tekanan darah
akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung
berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat
jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg
didefinisikan sebagai “normal”. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi
kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka
beberapa minggu.
II.
EPIDEMIOLOGI
Hipertensi
dikenal sebagai salah satu penyebab utama kematian di Amerika Serikat. Sekitar
seperempat jumlah pendududk dewasa menderita hipertensi, dan insidennya lebih
tinggi dikalangan Afro-Amerika setelah usia remaja.
Sekitar
20% populasi dewasa mengalami hipertensi essensial dan sisanya mengalami
kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu.
III. ETIOLOGI
Sekitar 20%
populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90% diantara mereka menderita
hipertensi essensial (primer), dimana tidak dapat ditentukan penyebab medisnya.
Sisanya mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu
(hipertensi sekunder).
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi
2 jenis :
1. Hipertensi
primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui
penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).
2. Hipertensi
sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya
penyakit lain.
Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa
perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan
meningkatnya tekanan darah.
Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada
sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada
sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau
pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu
tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau
norepinefrin (noradrenalin).
Beberapa
penyebab terjadinya hipertensi sekunder:
1. Penyakit
Ginjal
·
Stenosis arteri renalis
·
Pielonefritis
·
Glomerulonefritis
·
Tumor-tumor ginjal
·
Penyakit
ginjal polikista (biasanya diturunkan)
·
Trauma
pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
·
Terapi
penyinaran yang mengenai ginjal
2.
Kelainan Hormonal
·
Hiperaldosteronism
·
Feokromositoma
3.
Obat-obatan
·
Pil KB
·
Kortikosteroid
·
Siklosporin
·
Eritropoietin
·
Kokain
4.
Penyebab Lainnya
·
Koartasio aorta
·
Preeklamsi pada kehamilan
·
Porfiria intermiten akut
·
Keracunan timbal akut
Adapun penyebab lain dari hipertensi yaitu :
1. Peningkatan
kecepatan denyut jantung
2. Peningkatan
volume sekuncup yang berlangsung lama
3. Peningkatan
TPR yang berlangsung lama
IV.
FAKTOR
PREDISPOSISI
Berdasarkan
faktor pemicu,
Hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti umur, jenis kelamin, dan
keturunan. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot
(satu telur), apabila salah satunya menderita Hipertensi. Dugaan ini menyokong
bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya Hipertensi.
Sedangkan yang dapat dikontrol seperti
kegemukan/obesitas, stress, kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol
dan garam. Faktor lingkungan ini juga berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi
esensial. Hubungan antara stress dengan Hipertensi, diduga melalui aktivasi
saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita
beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak
beraktivitas.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat
meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress
berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal
ini belum terbukti, akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih
tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan
pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.
Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas
dari populasi Hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang
erat dengan terjadinya Hipertensi dikemudian hari. Walaupun belum dapat
dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi
penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah
penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingan dengan penderita
yang mempunyai berat badan normal.
V.
PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda
spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di torak
dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf
pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan
vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bias
terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
mengakibatnkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, saat vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
VI.
MANIFESTASI KLINIS
Pada
sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan
dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud
adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa
saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan
tekanan darah yang normal.
Jika
hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
·
sakit kepala
·
kelelahan
·
mual
·
muntah
·
sesak nafas
·
gelisah
·
pandangan
menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan
ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat
mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif,
yang memerlukan penanganan segera.
VII.
KLASIFIKASI
The Joint National Committee on
Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure membuat suatu
klasifikasi baru yaitu :
Klasifikasi
Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun atau Lebih *
|
||
Kategori
|
Sistolik
(mmhg)
|
Diastolik
(mmhg)
|
Normal
|
< 130
|
<85
|
Normal tinggi
|
130-139
|
85-89
|
Hipertensi †
|
||
Tingkat 1 (ringan)
|
140-159
|
90-99
|
Tingkat 2 (sedang)
|
160-179
|
100-109
|
Tingkat 3 (berat)
|
≥180
|
≥110
|
Tidak minum obat antihipertensi dan tidak sakit
akut. Apabila tekanan sistolik dan diastolic turun dalam kategori yang berbeda,
maka yang dipilih adalah kategori yang lebih tinggi. berdasarkan pada rata-rata
dari dua kali pembacaan atau lebih yang dilakukan pada setiap dua kali
kunjungan atau lebih setelah skrining awal.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua
angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik),
angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik).
Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai "normal".
Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan
diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah
140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka
beberapa minggu.
Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan
sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90
mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering
ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap
orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai
usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun,
kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
Disamping itu juga terdapat hipertensi pada
kehamilan ( pregnancy-induced hypertension, PIH ) PIH adalah jenis hipertensi
sekunder karena hipertensinya reversible setelah bayi lahir. PIH tampaknya
terjadi akibat dari kombinasi peningkatan curah jantung dan TPR. Selama
kehamilan normal volume darah meningkat secara drastis. Pada wanita sehat,
peningkatan volume darah diakomodasikan oleh penurunan responsifitas vascular
terhadap hormon-hormon vasoaktif, misalnya angiotensin II. Hal ini menyebabkan
TPR berkurang pada kehamilan normal dan tekanan darah rendah. Pada wanita
dengan PIH, tidak terjadi penurunan sensitivitas terhadap vasopeptida-vasopeptida
tersebut, sehingga peningkatan besar volume darah secara langsung meningkatkan
curah jantung dan tekanan darah. PIH dapat timbul sebagai akibat dari gangguan
imunologik yang mengganggu perkembangan plasenta. PIH sangat berbahaya bagi wanita
dan dapat menyebabkan kejang,koma, dan kematian.
VIII.
KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit
hipertensi menurut TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:64) dan Dr. Budhi Setianto
(Depkes, 2007) adalah diantaranya :
·
Penyakit pembuluh darah otak seperti
stroke, perdarahan otak, transient ischemic attack (TIA).
·
Penyakit jantung seperti gagal jantung,
angina pectoris, infark miocard acut (IMA).
·
Penyakit ginjal seperti gagal ginjal.
·
Penyakit mata seperti perdarahan retina,
penebalan retina, oedema pupil.
IX.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang menurut FKUI (2003:64) dan
Dosen Fakultas kedokteran USU, Abdul Madjid (2004), meliputi :
·
Pemeriksaan laboratorium rutin yang
dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ
dan factor resiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa
urin analisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin,
gula darah puasa, kolesterol total, HDL, LDL
·
Pemeriksaan EKG. EKG (pembesaran
jantung, gangguan konduksi), IVP (dapat mengidentifikasi hipertensi, sebagai
tambahan dapat dilakukan pemerisaan lain, seperti klirens kreatinin, protein,
asam urat, TSH dan ekordiografi.
·
Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN
/creatinin (fungsi ginjal), glucose (DM) kalium serum (meningkat menunjukkan
aldosteron yang meningkat), kalsium serum (peningkatan dapat menyebabkan
hipertensi: kolesterol dan tri gliserit (indikasi pencetus hipertensi),
pemeriksaan tiroid (menyebabkan vasokonstrisi), urinanalisa protein, gula (menunjukkan
disfungsi ginjal), asam urat (factor penyebab hipertensi)
·
Pemeriksaan
radiologi : Foto dada dan CT scan
X.
PENATALAKSANAAN
Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi,
karena olah raga isotonik (spt bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat
memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga
juga dapat digunakan untuk mengurangi/ mencegah obesitas dan mengurangi asupan
garam ke dalam tubuh (tubuh yang berkeringat akan mengeluarkan garam lewat kulit).
Pengobatan hipertensi secara garis besar
dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1.
Pengobatan non obat (non farmakologis)
2.
Pengobatan
dengan obat-obatan (farmakologis)
Pengobatan
non obat (non farmakologis)
Pengobatan non farmakologis kadang-kadang
dapat mengontrol tekanan darah sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak
diperlukan atau sekurang-kurangnya ditunda. Sedangkan pada keadaan dimana obat
anti hipertensi diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat dipakai sebagai
pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik.
Pengobatan
non farmakologis diantaranya adalah :
1. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh
2.
Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.
Nasehat
pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan penderita. Pengurangan
asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan. Cara pengobatan ini
hendaknya tidak dipakai sebagai pengobatan tunggal, tetapi lebih baik digunakan
sebagai pelengkap pada pengobatan farmakologis.
3.
Ciptakan keadaan rileks
Berbagai cara relaksasi seperti
meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat
menurunkan tekanan darah.
4.
Melakukan olah raga seperti
senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak
3-4 kali seminggu.
5.
Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol
Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)
Obat-obatan
antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar saat
ini. Untuk pemilihan obat yang tepat
diharapkan menghubungi dokter.
·
Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja
dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan
ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.
·
Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan
menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita
beraktivitas ). Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin dan Reserpin.
·
Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini
adalah melalui penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan
pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma
bronkial. Contoh obatnya adalah : Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada
penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala
hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam darah turun menjadi sangat rendah
yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala
bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat harus
hati-hati.
·
Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada
pembuluh darah dengan relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk
dalam golongan ini adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan
akan terjadi dari pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan pusing.
·
Penghambat ensim konversi
Angiotensin
Cara kerja obat golongan ini adalah
menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah). Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah
Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul adalah : batuk kering, pusing,
sakit kepala dan lemas.
·
Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa
jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang
termasuk golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek
samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.
·
Penghambat Reseptor
Angiotensin II
Cara kerja obat ini adalah dengan
menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan
ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini
adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah : sakit
kepala, pusing, lemas dan mual.
Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta
menghindari faktor resiko terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat
penyakit ini bisa ditekan.
KONSEP
DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala
: kelemehan, keletihan, napas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda
: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
SIRKULASI
Gejala : riwayat hipertensi,
aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit serebrovaskular.
Episode palpitasi, perspirasi.
Tanda : kenaikan TD (pengukuran serial
dari kenaikan tekanan darah diperlukan untuk menegakan diagnosis). Hipotensi
postural (mungkin berhubungna dengan regimen obat ). Nadi : denyutan jelas dari
karotis, jugularis, radialis ; perbedaan denyut seperti denyut femoral melambat
sebagai kompensasi denyutan radialis atau brakialis; denyut popliteal, tibialis
posterior, pedalis tidak teraba atau lemah. Frekuensi/irama : takikardia
berbagai disritmia. Bunyi jantung : terdengar S2 pada dasar ; S3 (CHF dini); S4
(pergeseran ventrikel kiri/hipertrofi ventrikel kiri). Murmur stenosis
valvular. Ekstremitas ; perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi
perifer) ; pengisian kapiler mungkin melambat /tertunda (vasokonstriksi)
INTEGRITAS
EGO
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas,
depresi, euphoria, atau marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan
serebral). Faktor-faktor stress multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan
dengan pekerjaan)
Tanda : letupan suara hati, gelisah,
penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang meledak. Gerak tangan empati, otot
muka tegang (khusus sekitar mata), gerakan fisik cepat, pernapasan menghela,
peningkatan pola bicara.
ELIMINASI
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau
yang lalu (seperti, infeksi/obstruksi atau riwayat penyakit ginjal dimasa lalu)
MAKANAN/CAIRAN
Gejala : makanan yang disukai, yang
dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti
makanan yang digoreng, keju, telur); kandungan tinggi kalori. Mual, muntah.
Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/menurun).
Tanda : berat badan normal atau
obesitas. Adanya edema (mungkin umum atau tertentu); kongesti vena; glukosuria (hampir 10% pasien hipertensi
adalah diabetik)
NEUROSENSORI
Gejala : keluhan pening/pusing.
Berdenyut. Sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara
spontan stelah beberapa jam ). Episode
kebas/kelemahan pada satu sisi tubuh. Gangguan penglihatan (diplopia,
penglihatan kabur). Episode epistaksis.
Tanda : status mental : perubahan
keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, afek, proses pikir, atau memori
(ingatan). Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan dan /atau
reflex tendon dalam. Perubahan-perubahan retinal optik: dari
sklerosis/penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan sklerotik dengan
edema atau papiledema, eksudat, dan hemoragi tergantung pada berat/lamanya
hipertensi.
NYERI/KETIDAKNYAMANAN
Gejala : angina (penyakit arteri
koroner/keterlibatan jantung). Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudasi
(indikasi arteriosklerosis pada arteri ekstremitas bawah). Sakit kepala
oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Nyeri abdomen/massa
(feokromositoma)
PERNAPASAN
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan
aktivitas/kerja. Takipnea, ortopnea, dispnea nokturnal paroksismal. Batuk
dengan/tanpa pembentukan sputum. Riwayat merokok.
Tanda : distress respirasi/penggunaan
otot aksesori pernapasan. Bunyi napas tambahan (krekles/mengi). Sianosis.
KEAMANAN
Gejala : gangguan koordinasi/cara
berjalan. Episode parestesia unilateral transien. Hipotensi posturnal.
PEMBELAJARAN/PENYULUHAN
Gejala : faktor-faktor risiko keluarga
:hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM, penyakit
serebrovaskular/ginjal.
Faktor-faktor risiko etnik : seperti
orang Afrika-Amerika, Asia tenggara. Penggunaan pil KB atau hormone lain;
penggunaan obat/alcohol.
II. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
- Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan Peningkatan afterload, vasokontriksi pembuluh darah.
- Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan suplai oksigen otak
- Perubahan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebih sehubungan dengan kebutuhan metabolik.
- Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral dan iskemia miokard
- Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema, peningkatan cairan intravaskular
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum dan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
- Koping individu tidak efektif berhubungan dengan Krisis situasional
- Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan rencana pengobatan berhubungan dengan Misinterpretasi informasi
- Risiko injuri/cedera berhubungan dengan penglihatan ganda ( diplopia )
- Ansietas berhubungan dengan perubahan kondisi kesehatan
III. RENCANA
KEPERAWATAN
NO
|
DIAGNOSA
|
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1
|
Gangguan perfusi serebral
berhubungan dengan penurunan suplai oksigen otak
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien
dapat mencapai atau mempertahankan tingkat umum sadar penuh,bebas dari gejala
atau komplikasi neurologis merugikan dengan kriteria hasil :
§ Pasien
dapat mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil
|
1.
Pantau TD, catat adanya hipertensi sistolik secara terus menerus dan
tekanan nadi yang semakin berat.
2.
Pantau frekuensi jantung, catat adanya Bradikardi, Tacikardia atau bentuk
Disritmia lainnya.
3.
Pantau pernapasan meliputi pola dan iramanya.
4.
Catat status neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan keadaan
normalnya
5.
Berikan obat anti hipertensif misal diazoksida (hiperstat) dan hidralazin
(apresolin)
|
·
Normalnya autoregulasi mempertahankan aliran darah otak
yang konstan pada saat ada fluktuasi TD sistemik. Kehilangan autoregulasi
dapat mengikuti kerusakan kerusakan vaskularisasi serebral lokal/menyebar.
·
Perubahan pada ritme (paling sering Bradikardi) dan
Disritmia dapat timbul yang mencerminkan adanya depresi/trauma pada batang
otak pada pasien yang tidak memiliki kelainan jantung sebelumnya.
·
Napas yang tidak teratur dapat menunjukkan lokasi
adanya gangguan serebral dan memerlukan intervensi yang lebih lanjut.
·
Pengkajian kecenderungan adanya perubahan tingkat
kesadaran adalah sangat berguna dalam menentukan lokasi penyebaran/luasnya
dan perkembangan dari kerusakan serebral.
·
Efektif dalam menurunkan tekanan darah untuk mencegah
krisis hipertensif yang dapat dihubungkan dengan intoksifikasi PCP.
|
2
|
Perubahan
nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebih
sehubungan dengan kebutuhan metabolik.
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan
pasien mampu mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dengan kegemukan,
dengan kriteria hasil :
§
Pasien menunjukkan perubahan pola makan
§
Mempertahankan berat badan dengan pemeliharaan kesehatan optimal
§
Melakukan/mempertahankan program olahraga yang tepat secara
individual
|
1.
Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara hipertensi dan
kegemukan
2.
Bicarakan pentingnya menurunkan masuka kalori dan batasi batasan
lemak, garam dan gula
3.
Tetapkan keinginan pasien untuk menurunkan berat badan
4.
Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.
5.
Rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi
|
·
Kegemukan adalah risiko tambahan terhadap tekanan
darah tinggi karena disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah
jantungberkaitan dengan peningkatan masa tubuh
·
kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya
aterosklerosis dan kegemukan, yang merupakan predisposisi hipertensi.
Kelebiah masukan garam memperbanyak volume cairan intravaskuler dan dapat
merusak ginjal yang lebih memperburuk kondisi
·
motivasi untuk.menurunkan berat badan adalah
internal. Individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan bila tidak
maka program tidak akan berhasil
.
·
Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam program
diet terakhir. membantu dalam menentukan individu untuk
penyesuaian/penyuluhan
·
Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi
kebutuhan diet individual
|
3
|
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien
menunjukkan keseimbangan masukan dan haluaran,BB stabil, tanda vital dalam
rentang normal dan tak ada oedema dengan kriteria hasil :
§
Menyatakan pemahaman diet individu/pembatasan cairan
|
1.
Awasi denyut jantung, TD, CVP
2.
Catat pemasukan dan pengeluaran secara akurat.
3.
Awasi berat jenis urine
4.
Timbang tiap hari dengan alat dan pakaian yang sama
5.
Kaji kulit, wajah area tergantung untuk edema
6.
Berikan obat sesuai indikasi (diuretik)
|
·
Tacikardi dan hipertensi terjadi karena 1. Kegagalan
ginjal untuk mengeluarkan urine, 2. Pembatasan cairan berlebih selama
mengobati hipovolemia/hipotensi atau perubahan fase oliguri gagal ginjal dan
3. Perubahan pada renin-angiotensin.
·
Perlu untuk menentukan fungsi gnjal, kebutuhan
penggantian cairan
·
Mengukur kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan
urine
·
Penimbangan berat badan harian adalah pengawasan status
cairan terbaru. Peningkatan berat badan lebih dari 0,5 kg per hari diduga ada
retensi cairan.
·
Edema terjadi terutama pada jaringan yang tergantung
pada tubuh contoh : tangan, kaki, area lumbosakral
·
Membantu dalam pengeluaran cairan
|
4
|
Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular
serebral dan iskemia miokard
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien
Nyeri terkontrol dengan kriteria hasil :
§
Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan
§
Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan
§
Skala nyri 0-1
§
Wajah pasien tidak meringis
|
1.
Observasi derajat nyeri
2.
Pertahankan tirah baring selama fase akut
3.
Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala atau
nyeri dada misal, kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, teknik
relaksasi ( panduan imajinasi, distraksi ) dan aktivitas waktu senggang.
4.
Minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit
kepala misalnya, mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk.
5.
Kaji tanda-tanda vital
6.
Kolaborasi :
-
Analgesik
-
Antiansietas mis, lorazepam, diazepam
|
·
Mengetahui derajat nyeri yang dirasakan pasien dan
mempermudah intervensi selanjutnya
·
Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi
·
Tindakan yang menurunkan tekanan vaskular serebral
dan yang memperlambat/ memblok respon simpatis efektif dalam menghilangkan
sakit kepala dan komplikasinya.
·
Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi
menyebabkan sakit kepala pada adanya penigkatan tekanan vaskular serebral.
·
Mengetahui keadaan umum pasien. Peningkatan
tanda-tanda vital mengindikasikan nyeri belum dapat terkontrol.
·
Menurunkan/mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang
sistem saraf simpatis.
·
Dapat mengurangi tegangan dan ketidaknyamanan yang
diperberat oleh stres.
|
5
|
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan
umum dan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan
pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperukan dengan
kriteria hasil :
§
Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur
§
Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi
|
1.
Kaji respon pasien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih
dari 20 kali per menit di atas frekuensi istirahat, peningkatan tekanan darah
yang nyata selama /sesudah aktivitas, dpsnea atau nyeri dada, keletihan dan
kelemahan yang berlebihan, diaforesis, pusing atau pingsan
2.
Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energi , misalnya
menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir rambut atau menggosok gigi,
melakukan aktivitas dengan perlahan
3.
Kaji sejauh mana aktivitas yang dapat ditoleransi
4.
Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika
dapat ditoleransi
|
·
Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respons
fisiologi terhadap stres aktivitas dan bila ada, merupakan indikator dari
kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas
·
Teknik menghemat energi mengurangi pengguanan energi,
juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
·
Mengidentifikasi sejauh mana kemampuan pasien dalam
melakukan aktivitas dan perawatan diri.
·
Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja
jantung tiba-tiba. Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan hanya akan
mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas.
|
6
|
Ansietas
berhubungan dengan perubahan kondisi kesehatan
|
Setelah diberikan
asuhan keperawatan diharapkan pasien tampak rileks
Kriteria hasil:
§
Melaporkan cemas berkurang sampai hilang
§
Mampu
mengidentifikasi cara hidup yang sehat untuk membagikan perasaannya
|
1. Observasi
tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas
2. Tinggal
bersama pasien, mempertahankan sikap yang tenang. Mengakui atau menjawab
kekhawatirannya dan mengizinkan perilaku pasien yang umum.
3. Jelaskan
prosedur, lingkungan sekeliling atau suara yang mungkin didengar oleh pasien
4.
Bicara
singkat dengan kata sederhana.
5.
Kurangi
stimulasi dari luar : tempatkan pada ruangan yang tenang, kurangi lampu yang
terlalu terang, kurangi orang jumlah orang yang berhubungan dengan pasien
|
·
Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan
peka rangsang dan insomnia. Ansietas berat yang berkembang kedalam keadaan
panik dapat menimbulkan perasaan terancam, ketidakmampuan untuk berbicara dan
bergerak.
·
Menegaskan
pada pasien atau orang terdekat bahwa walaupun perasaan pasien diluar kontrol
lingkungannya tetap aman
·
Memberikan
informasi yang akurat yang dapat menurunkan kesalahan interpretasi yang dapat
berperan pada reaksi ansietas
·
Rentang
perhatian mungkin menjadi pendek, konsentrasi berkurang yang membatasi
kemampuan untuk menerima informasi.
·
Menciptakan
lingkungan yang terapiutik
|
7
|
Koping individu tidak efektif berhubungan dengan Krisis
situasional
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien
mampu mengidentifikasi perilaku koping efektif dengan kriteria hasil :
§
Menyatakan kesadaran kemampuan koping/kekuatan pribadi
§
Mengidentifikasi potensial situasi stres dan mengambil langkah untuk
menghindari atau mengubahnya.
§
Mendemonstrasikan pengguanaan keterampilan atau metode koping efektif
|
1.
kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku misal,
kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan dalam partisipasi
dalam rencana pengobatan
2.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi stresor spesifik dan kemungkinan
strategi untuk mengatasinya
3.
Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi
maksimum dalam rencana pengobatan
4.
Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas/tujuan hidup. Tanyakan ”
apakah yang anda lakukan merupakan apa yang anda inginkan?”
5.
Bantu pasien utuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan
hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan daripada membatalkan tujuan
diri/keluarga
|
·
Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup
seseorang, mengatasi hipertensi kronik dan mengintegrasikan terapi yang
diharuskan ke dalam kehidupan sehari-hari
·
Manifestasi mekanisme koping maladaptif mungkin
merupakan indikator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu
utama TD diastolik
·
Keterlibatan memberikan pasien perasan kontrol diri
yang berkelanjutan, memperbaiki keterampilan koping, dan dapat meningkatkan
kerja sama dalam regimen terapeutik
·
Fokus perhatian pasien terhadap realitas situasi yang
ada relatif terhadap pandangan pasien tentang apa yang diinginkan.
·
Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara
realistik untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya.
|
8
|
Kurang pengetahuan mengenai
kondisi dan rencana pengobatan berhubungan dengan Misinterpretasi informasi
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan
pasien menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan
dengan kriteria hasil :
§
Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang
perlu diperhatikan
§
Mempertahankan TD dalam parameter normal
|
1.
Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar. Termasuk orang terdekat
2.
Tetapkan dan nyatakan batas TD normal. Jelaskan tentang hipertensi
efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak.
3.
Hindari mengatakan TD ” normal ” dan gunakan istilah ” terkontrol
dengan baik ” saat menggambarkan TD pasien dalam batas yang diinginkan.
4.
Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor-faktor risiko
kardiovaskuler yang dapa diubah misal, obesitas, diet tinggi lemak jenuh dan
kolesterol, pola hidup monoton,merokok, minum alkohol, pola hidup penuh
stres.
5.
Atasi masalah dengan pasien untuk mengidentifikasi cara dimana
perubahan gaya hidup yang tepat dapat dibuat untuk mengurangi faktor-faktor
penyebab Hipertensi
6.
Bahas pentingnya menghentikan merokok dan bantu pasien dalam membuat
rencana untuk berhenti merokok.
|
·
Kesalahan konsep dan menyangkal diagnosakarena
perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien/orang
terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis. Bila pasien
tidak menerima realitas bahwa membutuhkan pengobatan kontinu, maka perubahan
perilaku tidak akan dipertahankan.
·
Pemahaman bahwa tekanan darah tinggi dapat terjadi
tanpa gejala adalah untuk memungkinkan pasien melanjutkan pengobatan meskipun
ketika merasa sehat.
·
Karena pengobatan untuk hipertensi adalah sepanjang
kehidupan, maka dengan penyampaian ide ”terkotrol” akan membantu pasien untuk
memahami kebutuhan untuk melanjutkan pengobatan/medikasi.
·
Faktor-faktor risiko ini telah menunjukkan hubungan
dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskular serta ginjal.
·
Dengan mengubah pola perilaku yang
”biasa/memberikan rasa aman”akan sangat menyusahkan. Dukungan, petunjuk dan
empati dapat meningkatkan keberhasilan pasien dalam menyelesaikan tugas
·
Nikotin meningkatkan pelepasan ketokolamin,
mengakibatkan peningkatan frekuensi jantung, TD, dan vasokontriksi,
mengurangi oksigenasi jaringan, dan meningkatkan beban kerja miokardium.
|
9
|
Risiko
tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan Peningkatan afterload,
vasokontriksi pembuluh darah.
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien mampu berpartisipasi dalam
aktivitas yang menurunkan tekanan darah/ beban kerja jantung dengan criteria
hasil :
§ Mempertahankan
tekanan darah dalam rentang individu yang dapat diterima
§
Memperlihatkan irama dan
frekuensi jantung yang stabil dalam rentang normal pasien
|
1. Pantau
TD. Ukur pada kedua tangan/ paha untuk evaluasi awal. Gunakan ukuran manset
yang tepat dan teknik yang akurat.
2. Catat
keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
3.
Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas
4.
Amati warnakulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
5.
Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat di tempat tidur/
kursi, jadwal periode istirahat tanpa gangguan, bantu pasien melakukan
aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
6.
Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas / keributan
lingkungan. Batasi jumlah
pengunjung dan lamanya tinggal.
7.
Kolaborasi :
-
Berikan obat-obat sesuai indikasi seperti Diuretik tiazid dan vasodilator
|
·
Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang
lebih lengkap tentang keterlibatan/ bidang masalah vaskular. Hipertensi
diklasifikasikan pada orang dewasa sebagai peningkatan tekanan diastolik
sampai 130, hasil pengukuran diastolik di atas 130 dipertimbangkan sebagai
peningkatan pertama, kemudian maligna. Hipertensisistolik juga merupakan
faktor risiko yang ditentukan untuk penyakit serebrovaskular dan penyakit
iskemi jantung bila tekanan diastolik 90-115.
·
Denyutan karotis ,jugularis,radialis dan femoralis
mungkin terpalpasi. Denyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek
dari vasokontriksi ( peningkatan SVR ) dan kongesti vena
·
S4
umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipertrofi
atrium. Adanya krakel, mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder
terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik
·
Adanya pucat,
dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mungkin berkaitan
dengan vasokontriksi atau mencerminkan dekompensasi/penurunan curah jantung.
·
Menurunkan stres dan ketegangan yang mempengaruhi
tekanan darah dan perjalanan penyakit hipertensi
·
Membantu untuk menurunkan rangsang simpatis;
meningkatkan relaksasi.
·
Tiazid mungkin digunakan sendiri atau dicampur dengan
obat lain untuk menurunkan TD pada pasien dengan fungsi ginjal yang relatif
normal. Diuretik ini memperkuat agen-agen antihipertensi lain dengan
membatasi retensi cairan. Vasodilator menurunkan aktivitas kontriksi arteri
dan vena pada ujung saraf simpatik.
|
10
|
Risiko injuri/cedera berhubungan dengan penglihatan
ganda ( diplopia )
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan
pasien tidak mengalami suatu injury dalam perawatan di rumah sakit maupun di
rumah dengan kriteria hasil :
-
Pasien tidak mengalami cedera.
|
1.
Jauhkan
dari benda-benda tajam
2.
Berikan
penerangan yang cukup
3.
Usahakan
lantai tidak licin dan basah
4.
Pasang
side rail
5.
Anjurkan
pada keluarga klien untuk selalu menemani klien dalam beraktivitas
|
·
Meminimalkan risiko cedera
·
Meminimalkan terjadinya benturan
·
Meminimalkan klien jatuh
·
Menghindari klien terjatuh pada saat
istirahat
· Untuk meningkatkan menjaga
keamanan
|
IV. EVALUASI
Dx
1: Pasien dapat mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil
Dx
2: Pasien
menunjukkan perubahan pola makan
Mempertahankan berat badan
dengan pemeliharaan kesehatan optimal
Melakukan/mempertahankan
program olahraga yang tepat secara individual
Dx 3: Pasien
menunjukkan keseimbangan masukan dan haluaran,BB stabil, tanda vital dalam
rentang normal dan tak ada oedema
Menyatakan pemahaman diet individu/pembatasan cairan
Dx.4: Pasien mengungkapkan metode yang memberikan
pengurangan
Mengikuti
regimen farmakologi yang diresepkan
Skala nyri 0-1
Wajah pasien tidak meringis
Dx.5:Pasien tampak rileks
Melaporkan cemas
berkurang sampai hilang
Mampu mengidentifikasi cara hidup yang sehat untuk
membagikan perasaannya
Dx.6 : Pasien tampak rileks
Melaporkan cemas berkurang sampai
hilang
Mampu mengidentifikasi cara hidup yang sehat untuk membagikan perasaannya
Dx.7 : Menyatakan
kesadaran kemampuan koping/kekuatan pribadi
Mengidentifikasi potensial situasi stres dan mengambil
langkah untuk menghindari atau mengubahnya.
Mendemonstrasikan
pengguanaan keterampilan atau metode kopi
Dx.8
: Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu
diperhatikan
Mempertahankan TD dalam parameter normal
Dx.9 : Mempertahankan tekanan
darah dalam rentang individu yang dapat diterima
Memperlihatkan
irama dan frekuensi jantung yang stabil dalam rentang normal pasien
Dx.10 : Pasien tidak mengalami cedera.
DAFTAR
PUSTAKA
Doenges,Marilynn
E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan :
pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien edisi 3. Jakarta :EGC
Price, Sylvia
A.2005. Patofisiologi : konsep klinis
proses-proses penyakit edisi 6 volume 1. Jakarta ;EGC
Smeltzer,
Suzanne C. 2001.Keperawatan Medikal-Bedah
edisi 8 volume 2. Jakarta :EGC
http://id.wikipedia.org/wiki/Tekanan_darah_tinggi
People with diabetes should be careful when taking these medications, as they can cover the symptoms of hypoglycemia.
BalasHapusCasino Near Me - Mapyro
BalasHapusFind all Casinos Near Me in MI, near Oxford in 2021. 세종특별자치 출장샵 The closest 보령 출장마사지 casinos with the 밀양 출장안마 closest stations in the 메이피로출장마사지 world are Mohegan 진주 출장안마 Sun, the casino near Chicago