A.
Konsep Dasar Penyakit
I.
Definisi
Atherosclerosis (ath"er-o-skleh-RO'sis) berasal dari
bahasa Yunani: athero (yang berarti bubur atau pasta) dan sklerosis
(pengerasan). Hal ini merupakan nama dari proses dimana deposit substansi
lemak, kolesterol, produk sampah seluler, kalsium dan berbagai substansi
lainnya terbentuk dalam lapisan dalam dari arteri. Pertumbuhan ini disebut
dengan plak. Hal ini biasanya mempengaruhi arteri ukuran sedang dan besar.
Beberapa pengerasan dari arteri biasanya terjadi ketika orang mulai tua.
Aterosklerosis merupakan proses yang
berbeda yang menyerang tunika intima arteri besar dan medium. Proses tersebut
meliputi penimbunan lemak, kalsium, komponen darah, karbohidrat dan jaringan
fibrosa pada tunika intima arteri. Penimbunan tersebut dikenal sebagai
“ateroma” atau “plak”.
Arteriosklerosis merupakan penyakit
degenerative arteri besar dan menengah , yang ditandai dengan penimbunan lipid
dan fibrosis.
II.
Epidemiologi
Penyakit ini telah dikenal di beberapa Negara, yang
jumlahnya menunjukkan kenaikan dengan cepat selama 50 tahun terakhir. Pada
beberapa Negara, terutama USA
, insiden penyakit ini sudah mencapai puncaknya , dan sekarang mulai menurun.
Akan tetapi di Inggris dan beberapa Negara Eropa , arteriosklerosis, atau
paling tidak komplikasinya , terus meningkat .
Aorta dan arteri besar maupun menengah paling banyak terkena dan
menyebabkan terjadinya kelainan klinis yang bermacam-macam.
III.
Etiologi
Salah satu gambaran yang paling nyata dari
ateroskerosis adalah luas perbedaan dalam beratnya dan distribusi lesi antar
individu, bahkan dalam kelompok populasi yang sama . selama berabad-abad spesialis patologi berdebat tentang sebab-sebab arteroma. Banyak factor
yang banyak meningkatkan resiko setiap individu untuk menderita arteroma yang
berat atau premature, tetapi beberapa penderita tidak menunjukkan secara jelas
factor resikonya.
Aterosklerotik
dimulai dengan adanya kerusakan endotel, adapun penyebabnya antara lain adalah:
·
Peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida dalam dara
·
Tekanan darah yang tinggi
·
Tembakau
·
Diabetes
Dikarenakan kerusakan pada endothelium, lemak, kolesterol,
platelet, sampah produk selular, kalsium dan berbagai substansi lainnya
terdeposit pada dinding pembuluh darah. Hal itu dapat menstimulasi sel dinding
arteri untuk memproduksi substansi lainnya yang menghasilkan pembentukannya
dari sel.
Faktor-faktorRisiko:
Yang tidak dapat diubah
Faktor-faktorRisiko:
Yang tidak dapat diubah
·
Usia
·
Jenis kelamin
·
Riwayat keluarga
·
Ras
Yang dapat diubah
Mayor
Mayor
·
Peningkatan lipid serum
·
Hipertensi
·
Merokok
·
Gangguan toleransi glukosa
·
Diet tinggi lemak jenuh, kolesterol
dan kalori
Minor
·
Gaya
hidup yang kurang bergerak
·
Stress psikologik
·
Tipe kepribadian
IV.
Patofisiologi
Akibat
langsung aterosklerosis pada arteri meliputi penyempitan (stenosis)
lumen,obstruksi oleh trombosis, aneurisma (dilatasi abnormal pembuluh darah),
ulkus dan ruptur. Akibat tidak langsungnya adalah malnutrisi dan fibrosis organ
yang disuplai oleh arteri yang sklerotik tersebut. Semua sel yang berfungsi
aktif memerlukan suplai darah yang kaya akan nutrisi dan oksigen dan peka
terhadap setiap penurunan suplai nutrisi tersebut. Bila penurunan tersebut
berat dan permanen, sel-sel tersebut akan mengalami nekrosis (kematian sel
akibat kekurangan aliran darah) dan diganti oleh jaringan fibrosa yang tidak
memerlukan banyak nutrisi.
Aterosklerosis
terutama mengenai arteri utama sepanjang percabangan arteri biasanya berbentuk
bercak-bercak. Cabang arteri yang terkena biasanya pada bagian bifurkasio.
Banyak teori berusaha menjelaskan mengapa dan bagaimana ateroma terbentuk. Lesi
utama yaitu ateroma merupakan plak lemak dengan penutup jaringan fibrosa
perlahan-lahan menutup lumen pembuluh darah. Tidak satupun teori yang secara
lengkap menjelaskan patogenesisnya, namun beberapa bagian dari berbagai teori
tersebut dapat dikombinasikan menjadi teori “Reaksi terhadap Cedera.”
Menurut
teori ini cedera sel endotelial pembuluh darah diakibatkan oleh gaya hemodinamika
berkepanjangan seperti gaya-gaya robekan dan aliran turbulensi, radiasi, bahan
kimia, atau hiperlipidemia kronis terjadi pada system arteri. Cedera pada
endotelium meningkatkan agregasi trombosit dan monosit pada tempat cedera. Sel
otot polos akan bermigrasi dan berploriferasi sehingga terbentuklah matriks
kolagen dan serabut elastis. Mungkin tidak ada penyebab atau mekanisme tunggal
dalam pembentukan aterosklerosis melainkan melibatkan berbagai proses.
Secara
morfologis lesi aterosklerosis terdiri atas dua jenis : bercak lemak dan plak
fibrosa. Bercak lemak berwarna kuning dan halus, sedikit menonjol kedalam lumen
arteri dan tersusun atas lemak dan sel-sel otot polos yang memanjang. Lesi
seperti ini dapat dijumpai pada semua kelompok umur termasuk anak-anak. Belum
jelas apakah bercak lemak tersebut merupakan predisposisi pembentukan plak
fibrosa atau dapat menghilang lagi. Biasanya tidak menimbulkan gejala klinis.
Plak
fibrosa merupakan ciri khas aterosklerosis, tersusun oleh sel otot polos,
serabut kolagen, komponen plasma dan lemak. Berwarna putih sampai kuning
keputihan dan menonjol dalam berbagai derajat ke lumen, sampai suatu saat
tonjolan tersebut menyumbat. Plak
ini terutama ditemukan di aorta abdominal, arteri koroner, poplitea dan karotis
interna. Plak ini dianggap tidak reversible.
Penyempitan bertahap lumen arteri saat proses penyakit
berkembang, menstimulasi perkembangan sirkulasi kolateral. “jalan pintas”
pembuluh darah tersebut memungkinkan perfusi berlanjut ke jaringan di bagian
atas sumbatan arteri, tetapi biasanya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
metabolismenya dan terjadilah iskemia. Pembuluh kolateral bisa memenuhi
kebutuhan jaringan atau bisa juga tidak.
Skema
patofisiologi penyakit dikaitkan dengan munculnya masalah keperawatan dapat
dilihat pada lampiran.
V.
Gejala
klinis
Tanda dan gejala klinis
akibat aterosklerosis tergantung pada organ atau jaringan yang terkena.. Bila
mengenai otak dapat menyebabkan penyakit serebrovaskuler seperti iskemia
serebral transien atau TIA dan stroke. Pada aorta dan lesi aterosklerotik pada
ekstremitas juga dapat terjadi.
Bila terjadi oklusi
atau sumbatan pada arteri perifer maka akan timbul gejala seperti nyeri saat
aktifitas dan hilang saat istirahat (klaudisio intermiten), nyeri yang terus
menerus (saat istirahat) dapat terjadi jika oklusi semakin berat dan terjadi
iskemia kronis. Perubahan warna kulit seperti menjadi pucat atau sianosis dan
pada palpasi terasa dingin.
Akibat suplai nutrisi yang kurang akan
terjadi tanda-tanda hilangnya rambut, kuku rapuh, kulit kering dan bersisik,
atropi dan ulserasi. Bias juga terjadi edema
bilateral atau unilateral akibat posisi
ekstremitas yang terlalu lama menggantung
VI.
Pemeriksaan
fisik
a.
Angina
pektrosis ( nyeri dada ) diikuti oleh :
ü Dorongan
untuk berkemih
ü Diaphoresis
ü Mual
ü Dispneu
ü Ekstremitas
dingin
b.
Kaji
rasa sakit untuk mengidentifikasikan angina
ü Angina
stabil; nyeri dada intermiten dengan pola
serangan yang dapat diprediksi lamanya, intensitasnya.
ü Angina
tak stabil nyeri dada tidak dapat diprediksi; dapat terjadi kapan saja, bahkan
pada saat istirahat atau selama tidur. Serangan berakhir pada umumnya setelah
20 menit dan frekuensi, intensitas dan durasinya meningkat.
ü Angina
noktural; nyeri dada terjadi pada malam hari biasanya terjadi selama tidur, hal
ini dapat berkurang selama duduk.
ü Angina
dekubitus; nyeri dada cepat terjadi saat berbaring dan berkurang ketika duduk.
ü Angina
prinzmetal;nyeri dada terjadi pada saat istirahat de ngan serangan tiba-tiba
c.
Kaji
nyeri dada sehubungan dengan:
ü
Factor
– factor pencetus pada pasien, apa yang mencetuskan timbulnya nyeri yang sedang akan dikerjakan sebelum nyeri
mulai terjadi ( missal;merokok, aktifitas berlebihan, makanan berat yang
berlebihan , stress emosional , aktifitas seksual dan minuman terlalu dingin )
ü
Kualitas
sakitnya bagaimana ( seperi rasa terbakar , perasaan tertekan atau tercekik)
ü
Lokasi
nyeri: terjadi pada substernal atau pada dada mid anterior dan sekitar leher,
rahang, tulang belikat atau lengan kiri bawah.
ü
Hebatnya
serangan : ringan ,sedang atau berat.
ü Waktu;
lamanya sakit, frekuensinya.
ü Yang
khas pada serangan : mengepalkan tangan di atas dada atau menggosok lengan
kiri. Serangn nyeri terjadi perlahan – lahan atau tiba- tiba selama 15 menit
atau lebih.
ü Kaji
perasaan klien tentang kondisi dan pengaruh yang dirasakan dari gaya hidupnya.
VII.
Pemeriksaan
penunjang
Pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis aterosklerosis:
·
ABI (ankle-brachial index), dilakukan pengukuran tekanan
darah di pergelangan kaki dan lengan
·
Pemeriksaan Doppler di daerah yang terkena
·
Skening ultrasonik Duplex
·
CT scan di daerah yang terkena
·
Arteriografi
resonansi magnetik
·
Arteriografi di daerah yang terkena
·
IVUS (intravascular ultrasound).
VIII.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
aterosklerosis secara tradisional tergantung pada modifikasi faktor risiko,
obat-obatan dan prosedur bedah tandur (penggabungan dua pembuluh darah yang
masih memiliki aliran bagus). Pemberian
obat-obatan untuk menurunkan kadar lemak darah disertai modifikasi diet dan
latihan. Jenis obat yang digunakan antara lain : sekuestran asam empedu
(kolestiramin atau kolestipol), asam nitrotinat, statin lovastatin, mavastin
dan simpastatin), asam fibrat (gemfibrosil) dan terapi penggantian estrogen.
Prosedur bedah tandur dilakukan berdasarkan pada
angiogram yang dapat memperlihatkan tingkat obstruksinya. Prosedur bedah
vaskuler dibagi menjadi 2 kelompok yaitu inflow yang menyuplai darah dari aorta
ke arteri femoralis, dan prosedur outflow yang menyuplai darah ke pembuluh di
bawah arteri femoralis.
Bila obstruksi terletak setinggi aorta atau arteri
iliaka, diperlukan inflow darah yang baru. Prosedur bedah pilihan adalah tandur
aorta bi iliaka. Bila mungkin anastomosis bagian distalnya disambungkan pada
arteri iliaka, sehingga seluruh prosedur pembedahan dapat dikerjakan seluruhnya
dalam abdomen. Namun bila arteri iliaka mengalami penyumbatan atau aneurisma,
anastomosis distalnya harus disambungkan ke arteri femoralis (aorta bifemoral).
Bila dilakukan inflow pada pasien namun kondisi pasien tersebut tidak
memungkinkan untuk pembedahan abdomen, yang dapat menyebabkan berbagai variasi
tekanan darah dan memerlukan waktu pembedahan yang lama, maka dapat dilakukan
prosedur inflow dari arteri aksilaris ke arteri femoralis.
Kedua arteri aksilaris dapat dipakai untuk inflow. Hal
ini penting karena kebanyakan pasien tersebut juga mengalami penyumbatan
pembuluh darah seperti gagal ginjal kronis yang memerlukan cuci darah.
Misalnya, bila digunakan arteri aksilaris kanan, maka dapat disambungkan ke
tandur yang disambungkan ke arteri femoralis kiri (bila arteri femoralis ini
adekuat) untuk menyuplai kedua tungkai. Jadi pasien menerima tandur aksiler-femoral
dari kanan ke kiri. Apabila kedua sisi memerlukan darah, maka tandur
aksiler-bifemoral lebih diutamakan.
Apabila penyumbatan aterosklerosis terletak di bawah
ligamen inguinalis di arteri femoralis superfisialis, pembedahan pilihannya
adalah tandur femoral popliteal. Bila anastomosis distal dilakukan di atas
lutut mungkin perlu dipakai bahan prostetis untuk tandur. Namun bila
anastomosis distalnya di bawah lutut, yang diperlukan adalah tandur vena safena
agar tetap paten.
Pembuluh darah yang tersumbat di daerah tungkai bawah dan
pergelangan kaki juga memerlukan tandur. Terkadang seluruh arteri poplitea
tersumbat dan hanya terdapat sirkulasi kolateral. Oleh sebab itu tandur dibuat
dari femoral ke arteri tibialis atau arteri peroneal. Tandur memerlukan vena
asli agar tetap paten. Vena asli adalah vena autolog, biasanya vena safena
magna atau parva atau kombinasi keduanya untuk memperoleh panjang yang
diperlukan. Kepatenan tandur ditentukan oleh berbagai hal mencakup ukuran
tandur, lokasi tandur, dan terjadinya hiperplasi lapisan intima pada tempat
anastomosis.
Berbagai teknik sinar X terbukti sebagai terapi yang
dianjurkan pada prosedur pembedahan. Angioplasti laser adalah teknik dimana
gelombang cahaya yang kuat disalurkan malalui kateter serat optic. Gelombang
laser akan memanaskan ujung kateter perkutan dan menguapkan plak
aterosklerosis. Alat artektomi rotasional dapat mengangkat lesi dengan
mengabrasi plak yang telah menyumbat arteri secara total. Kelebihan laser,
angioplasty dan artektomi adalah waktu untuk dirawat di rumah sakit menjadi
singkat
B.
Konsep
Dasar Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
Data
yang harus dikaji pada pasien yang mengalami aterosklerosis atau arteriosklerosis sangat tergantung pada lokasi yang terkena.
Bila pembuluh darah koroner yang terkena maka tanda dan gejala klinisnya sesuai
dengan tanda dan gejala klinis angina pectoris atau infark miokard akut. Bila
otak yang terkena maka tanda dan gejala klinis yang dikaji sesuai dengan kasus
stroke. Penyakit angina pectoris, infark miokard dan stroke akan dibahas
tersendiri. Pengkajian keperawatan yang akan kami fokuskan disini adalah
gangguan perfusi perifer selain yang mengenai organ tersebut di atas.
Data subyektif
yang mungkin didapat : nyeri mendadak atau dirasakan pilu, kram, kelelahan atau
kelemahan. Nyeri istirahat bersifat menetap, ngilu, dan tidak nyaman dan
biasanya terjadi di bagian distal ekstremitas. Perasaan dingin atau baal pada
ekstremitas terjadi akibat penurunan aliran arteri. Kaji pula tingkat
pengetahuan pasien tentang perawatan penyakitnya.
Data obyektif
yang mungkin didapat : ekstremitas yang terkena akan tampak pucat saat
ditinggikan dan sianosis saat tergantung. Warna dan suhu ekstremitas dicatat. Perubahan kulit dan
kuku, ulkus, gangren dan atropi otot bisa tampak jelas. Kuku mungkin menebal
dan keruh, kulit mengkilap, atropi dan kering disertai pertumbuhan rambut yang
jarang. Denyut
nadi perifer dapat melemah atau hilang sama sekali.
2.
Diagnosa
keperawatan
a. Bila
mengenai jaringan perifer ;
1)
Gangguan perfusi jaringan perifer b.d
gangguan sirkulasi.
2)
Nyeri b,d gangguan kemampuan pembuluh
darah menyuplai oksigen ke jaringan.
b. Bila
dilakukan tindakan pembedahan
Ø Pra
Bedah :
3)
Ansietas b.d rencana pembedahakan yang
kompleks.
Ø Post
Bedah :
4)
Nyeri akut b.d terpotongnya saraf akibat
luka operasi.
5) Risiko infeksi b.d adanya port de entry (luka operasi)
6) Risiko kerusakan integritas kulit b.d luka operasi.
c.
Bila
dianjurkan modifikasi gaya hidup :
7) Kurang Pengetahuan tentang
modifikasi gaya
hidup b.d kurang informasi.
3.
Rencana
Tindakan keperawatan
Dx 1: Gangguan perfusi jaringan
perifer b.d gangguan sirkulasi.
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan klien menunjukan perbaikan perfusi dengan criteria
hasil: adanya nadi perifer / sama, warna kulit dan suhu normal,peningkatan
perilaku yang meningkatkan perfusi jaringan.
Intervensi
|
Rasional
|
Observasi
warna kulit bagian yang sakit.
|
Warna kulit khas terjadi pada saat sianosis , kulit
dingin. Selama perubahan warna, bagian yang sakit menjadi dingin kemudian
berdenyut dan sensasi kesemutan.
|
Catat penurunan nadi ; perubahan trafik kulit(tak
berwarna, mengkilat/tegang).
|
Perubahan ini menunjukkan kemajuan atau proses kronis.
|
Lihat dan kaji kulit untuk ulserasi, lesi, area gangren.
|
Lesi dapat terjadi dari ukuran jarum peniti sampai
melibatkan seluruh ujung jari dan dapat mengakibatkan infeksi atau
kerusakan/kehilangan jaringan serius.
|
Dorong nutrisi dan vitamin yang tepat.
|
Keseimbangan diet yang baik meliputi protein dan
hidrasi adekuat, perlu untuk penyembuhan.
|
Pantau
tanda-tanda kecukupan perfusi jaringan.
|
Untuk mengetahui tanda-tanda dini dari gangguan
perfusi.
|
Dorong pasien melakukan latihan jalan atau latihan
ekstremitas bertahap.
|
Untuk
melancarkan sirkulasi.
|
Dx2: Nyeri b,d gangguan kemampuan
pembuluh darah menyuplai oksigen ke jaringan.
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan nyeri pasien berkurang dengan criteria hasil pasien
menyatakan nyeri dada hilang atau terkontrol , pasien tidak tampak meringis,
mendemonstrasikan teknik relaksasi.
Intervensi
|
Rasional
|
Monitor karakteristik nyeri melalui respon verbal dan
hemodinamik (menangis, kesakitan, meringis, tidak bisa istirahat, irama
pernafasan, tekanan darah dan perubahan heat rate).
|
Masing-masing pasien mempunyai respon yang berbeda
terhadap nyeri, perubahan respon verbal dan hemodinamik dapat mendeteksi
adanya perubahan kenyamanan.
|
Kaji adanya gambaran nyeri yang dialami pasien meliputi
: tempatnya, intensitas, durasi, kualitas dan penyebarannya.
|
Nyeri merupakan perasaan subyektif yang dialami dan
digambarkaan sendiri oleh pasien dan harus dibandingkan dengan gejala
penyakit lain sehingga didapatkan data yang akurat.
|
lingkungan yang nyaman, kurangi aktivitas, batasi
pengunjung
|
Membantu mengurangi rangsangan dari luar yang dapat
menambah ketenangan sehingga pasien dapat beristirahat dengan tenang dan daya
kerja jantung tidak terlalu keras.
|
Ajarkan teknik relaksasi dengan menarik nafas panjang
|
Membantu mengurangi rasa nyeri yang dialami pasien
secara psikologis dimana dapat mengalihkan perhatian pasien sehingga tidak
terfokus pada nyeri yang dialami.
|
Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
pemberian obat narkotik
|
Obat jenis narkotik dapat menyebabkan depresi
pernafasan dan hipotensi
|
Dx 3 Ansietas b.d rencana
pembedahakan yang kompleks.
Setelah
diberikan asuhan keperawatan diharapkan kecemasan hilang atau berkurang dengan
criteria hasil pasien dapat mengenal perasaannya ,dapat mengidentifikasi
penyebab atau factor yang memengaruhinya, menyatakan cemas berkurang.
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji dan pantau tanda ansietas yang terjadi
|
Untuk mengetahui intensitas nyeri
|
Jelaskan prosedur pembedahan
secara sederhana sesuai tingkat pemahaman pasien.
|
Untuk mengurangi tingkat ansietas
|
Diskusikan ketegangan dan harapan pasien
|
Untuk
mendorong dan menambah semangat pasien
|
Dorong
keluarga dan teman untuk menganggap pasien seperi sebelumnya
|
Meyakinkan pasien bahwa peran dan kerja tidak berubah
|
Beritahu pasien program medis yang telah dibuat untuk
menurunkan atau membatasi serangan akan dating dan meningkatkan stabilitas
jantung
|
Mendorong
pasien untuk mengontrol tes gejala, untuk meningkatkan kepercayaan pada
program medis dan mengintegrasikan kemampuan dalam persepsi diri
|
Kolaborasi
pemberian sedative, tranquilizer, sesuai indikasi
|
Mungkin
diperlukan untuk membantu pasien rileks sampai secara fisik mampu untuk
membuat strategi koping adekuat
|
Dx 4. Nyeri akut b.d terpotongnya
saraf akibat luka operasi.
Setelah diberikan asuhan
keperawatan, diharapkan nyeri dapat teratasi, dengan criteria hasil : [aien
mengatakan nyerinya berkurang, pasien tampak rileks, skala nyeri 0
Intervensi
|
Rasional
|
Dorong
pasien untuk melaporkan tipe, lokasi, fdan intensitas nyeri, rentang skala
0-10
|
Nyeri dirasakan , dimanifestasikan, dan ditoleransi
secara individual
|
Observasi cemas, mudah terangsang, menangis, gelisah,
gangguan tidur
|
Petunjuk non verbal dapat mengidentifikasikan adanya
derajat nyeri yang dialami
|
Pantau
tanda-tanda vital
|
Dapat mengindikasikan rasa sakiy akut dan tidaknyaman
|
Identifikasi atau tingkatkan posisi nyaman menggunakan
alat bantu bila perlu
|
Bantal atau gulungan selimut berguna untuk menyokong
ekstremitas, mempertahankan postur tubuh, dan penahan insisi untuk menurunkan
tegangan otot atau meningkatkan kenyamanan
|
Berikan tindakan nyaman seperti pijatan punggung dan
perubahan posisi
|
Dapat
meningkatkan relaksasi
|
Dx. 5 Risiko infeksi b.d adanya
port de entry (luka operasi)
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan tidak terjadi tanda-tanda infeksi, dengan criteria hasil
tidak ada kalor, dolor, rubor, tumor, fungsiolaesia, ttv dalam batas normal
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji dan pantau tanda-tanda infeksi
|
Untuk mengetahui perkembangan infeksi
|
Jelaskan hal-hal yang harus dihindari agar luka tidak
infeksi
|
Untuk menghindari terjadinya infeksi lebih lanjut.
|
Rawat luka dengan teknik sepsis dan asepsis
|
Mencegah kontaminasi
|
Kolaborasi pemberian antibiotik
|
Untuk mencegah infeksi
|
Tunjukkan
atau dorong yeknik mencuci tangan yang baik dan benar
|
Efektif
untuk menurunkan penyebaran infeksi
|
Dx.6
Risiko kerusakan integritas kulit b.d luka operasi.
Setelah
diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi kerusakan integritas
kulit, dengan kriteri hasil : menunjukkan penyembuhan luka tepat waktu
Intervensi
|
Rasional
|
Lihat semua insisi. Evaluasi proses penyembuhan. Kaji
ulang harapan terhadap penyembuhan dengan pasien
|
Penyembuhan mulai dengan segera, tetapi penyembuhan
lengkap memerlukan waktu.
|
Perhatikan atau laporkan pada dokter : insisi yang
tidak sembuh; pembukaan kembali insisi yang telah sembuh, adanya drainase,
area local yang bengkak dengan kemerahan, rasa nyeri meningkat dan panas pada
sentuhan
|
Tanda atau gejala yang menandakan kegagalan penyembuhan
terjadinya komplikasi yang memerlukan evaluasi atau intervensi lanjut
|
Tingkatkan nutrisi dan masukkan cairan adekuat
|
Membantu untuk mempertahankan volume sirkulasi yang
baik untuk perfusi jaringan dan memenuhi kebutuhan energy seluler untuk
memudahkan proses regenerasi atau penyembuhan jaringan
|
Dx 7: Kurang Pengetahuan tentang modifikasi gaya hidup
b.d kurang informasi.
Setelah diberikan asuhan keperawaan diharapkan pasien
menyaakan pemahaman penyakinya, rencana pengobaan, ujuan pengobatan dan efek
samping pengobatan.
Criteria hasil :
pasien menyebutkan gejala yang memerlukan perhatian cepat mampu
mengidentifikasi perubahan pola hidup yang perlu.
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar
termasuk orang terdekat.
|
Kesalahan
konsep dan menyangkal konsep karena perasaan sejahtera yang sudah lama
diminati mempengaruhi minat pasien atau orang terdekat untuk mempelajari
penyakit, kemajuan dan prognosis.
|
Tetapkan dan nyatakan tekanan darah normal.
Jelaskan tentang hipertensi dan efek penyakitnya pada pembuluh darah, ginjal
dan mata ( pada organ tubuh lainnya ).
|
: memberikan dasar
untuk pemahaman tentang peningkatan tekanan darah dan mengklarifikasi istilah
medis yang sering di gunakan. Pemahaman tentang penyakitnya memungkinkan
pasien untuk melanjutkan pengobatan meskipun ketika masih sehat.
|
Bantu pasien dalam mengidentifikasi
faktor-faktor resiko yang dapat di ubah, misal : Obesitas, merokok, pola
hidup monoton.
|
Faktor-faktor resiko ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang
timbulnya arteriosklorosis
|
Atasi masalah dengan pasien untuk
mengidentifikasi cara di mana perubahan gaya hidup yang tepat dapat dibuat
untuk mengurangi faktor-faktor di atas.
|
Faktor-faktor resiko dapat meningkatkan
proses penyakit atau memperburuk gejala. Dengan mengubah pola prilaku yang
biasa atau memberikan rasa aman dapat sangat menyusahkan, dukungan, petunjuk
dan empati dapat meningkatkan keberhasilan pasien dalam menyelesaikan tugas
ini.
|
Anjurkan pasien untuk memantau respon fisiologi
sendiri terhadap aktivitas, laporkan penurunan toleransi terhadap aktivitas.
|
keterlibatan pasien dalam memantau
toleransi aktivitasnya sendiri penting untuk keamanan dan atau memodifikasi
aktivitas kehidupan sehari-hari.
|
4.
Evaluasi
Evaluasi dari diagnosa diatas antara lain :
a.
Suplai
darah arteri ke akstremitas meningkat (teraba hangat, warna kemerahan/tidak
pucat)
b.
Nyeri
pasien berkurang, skala nyeri 1-3
c.
Ansietas
pasien berkurang
d. Klien
mengatakan nyerinya berkurang, pasien tampak rileks, skala nyeri 0
e. Tidak
terjadi tanda-tanda infeksi, seperti tidak ada kalor, dolor, rubor, tumor,
fungsiolaesia, ttv dalam batas normal
f. Tidak terjadi kerusakan integritas kulit.
g. Pasien sudah dapat memahami tentang penyakitnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Brooker, C. 2001. Kamus
Saku Keperawatan. Edisi 31.
Jakarta: EGC.
Price, Sylvia Anderson. 2005. Textbook of Pathophysiology. 6th ed. Jakarta :
EGC.
R Syamsuhidajat, Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. –ed.2.-.
Jakarta : EGC.
Jakarta : EGC.
Taggarat, David P. 2007. Coronary Revascularition. 334:593-594.
Lipkin,
David. 2003. Finding the Age Patient’s Heart.
326:1045-1046.
Suddart, &
Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
After receiving nursing care, it is expected that the anxiety will be lost or reduced with the patient's outcome criteria to find out his feelings.
BalasHapus